F. What Should We Do?

9 1 0
                                    

Pagi hari selalu menjadi momok bagi para siswa. Bangun tidur lalu mandi lalu makan dan berangkat. Seperti itulah yang dilakukan tiap hari.

Sekolah tidak seseru dahulu, tidak seramai sebelum pandemi. Huh semangatku semakin berkurang dan butuh mood booster banget.

Sesi 2 yaitu sesi ku, benar-benar monoton. Tidak ada lawak, dan tidak ada tawa.

Pukul 6.15 aku berangkat, sampai disekolah setelah di cek suhu tubuh dan diberi hand sanitizer aku berjalan menuju kelasku yang ada di atas.

"Semangat Raya. Masa SMAmu hanya tinggal sedikit. Just enjoy" aku meyakinkan diri.

Masuk ke kelas, hanya ada Clo. Mungkin dengan adanya dia moodku ada di rata-rata. Setidaknya ada teman. Aku menaruh tasku lalu pergi ke tempat Clo berada.

"Ada tugas ga?" Tanya Clo

"Engga deh perasaan"

"Hem"

Diam. Kami diam.

Aku menelungkupkan wajahku ke meja. Rasanya tidak siap untuk berangkat ke sekolah. Nyawaku hanya 50 persen dan mataku benar benar tidak mendukung.

"ADOHH NGANTUK CLO" Teriakku didepan Clo sambil menutup mataku.

"Astafirrr kaget bambank" plak. Dia menepuk kepalaku cukup keras.

"Pak bambank belom dateng"

"Clo. Boleh minta tolong ga?" Ucapku sambil menelungkupkan wajahku kembali.

"Apa?"

"Jemput nyawaku yang 50 persen di rumah. Nanti tek tek aja biar dibukain pintu."

"Bodoh"

"Raya"

"Whatt?!"

"Ngegas mbaknya"

"Engga dih. Apa sih Cloclow tersayeng" tanganku bergerak menjawil dagu Clo.

Dia langsung menyingkirkan tanganku.

"Kamu udah tau mau ambil kuliah apa?" Tanya Clo serius kali ini.

"GILAK. BELOM AKU"

"Ga dipikirkan?"

"Udahlah Clo. Udah mikir. Setiap hari malah. Tapi tetep aja ga nemu. Aku udah berdoa dan tanya Tuhan bener-bener tapi sampai sekarang belum ada jawaban. Kayaknya Tuhan emang mau kasih taunya mepet mepet deh biar surprise. Kan Tuhan itu penuh surprise. Kadang kita ga expected malah terjadi." Jawabku juga dengan serius.

"Hem iya bener. Aku juga bingung Ray. Kemarin udah fiks mau masuk di UI ambil hukum eh sekarang goyah lagi."

"Huaaaa kita kayaknya salah jurusan deh Clo" aku memeluk Clo dengan alaynya.

"Bener deh bener kayaknya. Benerrrr"

"Tapi anehnya kita tetep bertahan walaupun salah. Aneh banget kan kita. Udah tau ga nyaman tapi diterusin." Balasku dengan sangat deep. Aku udah bilangkan kalau aku anak IPA yang kesasar. Plisss kalian jangan sampe kayak aku.

"Dulu aku pilih IPA karena dibilang keren sama orang orang. Dan biasanya IPA itu kan jurusannya ke medis dan itung itungan. Sedangkan aku? Ga tertarik sama sekali"

"SAMA CLO SAMA. Baru sadar setelah bertahun tahun. Untung kita orangnya strong ya gak!" Kepedean meningkat 90 persen.

Jangan percaya kalau anak IPA dibilang keren.
Bener sih keren. Tapi plis jangan masuk kalau bukan minatmu.

Jangan terlalu bergantung juga dengan kata kata,
"Masuk IPA aja nanti kalau mau ambil IPS gampang"
NO. JANGAN TERLALU PERCAYA DIRI. Kalau dari awal suka IPA ya masuk IPA, tapi kalau suka IPS ya masuk IPS.

Menurut survei, ada 87 persen siswa di Indonesia salah jurusan. (Liat di Instagram)
"WAW" Just say that. Ternyata aku ngga sendiri hehe.

Tapi kalau kalian udah terlanjur kayak aku gini. Yaudahlah jalani aja, anggap itu panggilanmu saat ini. Susah? Ya tanggung aja. Ngerasa capek juga gapapa karena emang sulit pelajarannya. Aku juga sampai detik ini masih ada sedikit rasa menyesal, tapi menyesal udah ga berguna ya kan. Jadi yang harus dilakukan ya maju. Mau mundur juga gimana.

Banyak hal memang yang tidak dimengerti sekarang, gapapa, jalani dulu. Nanti, suatu saat nanti pasti akan mengerti.

Cie yang masih bertahan sampe part ini.

Vomment jangan lupa.

Klik bintangnya yapss

Hi Crush! (udah selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang