u. Maaf Ray

1 1 0
                                    

Sesampai di depan pintu apartemen. Tidak. Di depan lift. Dari depan lift aku melihat sosok yang selama ini aku tunggu.

"Ko" Sapaku memastikan.

Dia berbalik begitu mendebarkan aku memanggilnya.

"Raya" Dia langsung memelukku tapi tidak erat karena aku masih menggendong Rea.

"Ko lepasin dulu, kasian Rea nya" Dia auto melepaskan.

Dan dia memandangi ku dengan tatapan yang campur aduk kek gado gado.

"Ayo masuk dulu" Ajakku masuk.

Dia hanya diam dan mengikuti.

Aku menaruh Rea di tempat tidurku lalu menyelimutinya. Dirasa sudah aman aku kembali ke ruang tamu.

Ada rasa senang bisa melihatnya kembali tapi juga ada rasa aneh, mungkin sedikit canggung.

"Ko" Dia berbalik dan kembali memelukku. Kali ini sangat erat.

"Maaf" Ucapan pertama yang keluar dari mulutnya. Bagus sih kalau sadar.

"Maaf Ray maaf maaf maaf" Sebenernya aku dag dig dug kalo dipeluk gini tapi ya ga mungkinkan aku dorong gitu aja.

"Duduk dulu ko. Jelasin" Berasa berperan sebagai tokoh yang sad dalam sebuah novel.

Sebenernya ga tega tapi tetep aku harus berusaha melihat kesungguhannya.

"5 tahun yang lalu. Aku ketemu papamu. Lebih tepatnya aku yang meminta bertemu dengannya. Saat itu aku memutuskan untuk berani meminta ijin buat pacaran sama kamu, buat serius sama kamu. Tapi semuanya tidak semulus itu."

"Aku bakal jelasin semuanya dengan detail. Aku bilang ke papamu 'Om saya mau minta ijin untuk menjalin hubungan dengan Raya, saya tau saya masih kuliah bahkan lulus masih lama. Tapi saya yakin bisa pegang janji saya' aku bilang gitu ke papamu."

"Tapi papamu tidak langsung mengijinkan, 'Jangan sekarang. Raya masih kecil. Tunggu kamu sukses, kamu mau jadi dokter kan? Capailah cita citamu dulu dengan begitu saya yakin pasrahkan tanggung jawab Raya ke kamu' itu kata papamu. Saat itu aku hanya diam dan bingung mau jawab apa. Lalu papamu kembali bertanya 'Butuh berapa tahun?" dan aku menjawab 5 tahun sesuai janjiku dulu saat di pantai"

"Aku takut kalau kehilangan kamu, aku takut kalau saat aku kembali kamu sudah menjadi milik orang lain. Tapi papamu kembali membuatku yakin. Ia berkata dan berani menjamin kalau kamu tidak akan mencari orang lain."

"Maaf Ray. Maaf udah buat kamu kecewa" Ucapnya dengan sendu.

Aku tidak tahan lagi untuk membiarkan air mataku tetap ditempatnya dan sekarang malah jatuh bergantian.

Aku berpindah duduk disebelahnya dan langsung memeluknya tanpa berkata apapun.

Cukup lama.

Kami sama sama diam menikmati beberapa menit yang kami rindukan.

"Kenapa nurutin papa sih hikssss" Ucapku dalam tangis. Bodo amat dengan ingus yang mungkin menempel di kaosnya.

"Kalau ga nurutin, papamu pasti tambah ga kasih ijin aku sama kamu Ray. Maaf"

Dia menepuk nepuk punggungku.

"Kenapa ga pamit dulu?" Tanyaku lagi.

"Itu syaratnya. Gaboleh pamit."

"Jahat bangettt huaaa" Aku masih tetap memeluknya, tak peduli dengan dia yang encok atau apa.

"Udah dong Ray. Aku nanti dikira ngapa ngapain kamu Ray" Dia terkekeh sendiri.

Bodo.

"Ga bakal denger dari luar"

Dia kembali terkekeh. Tapi masih terus memelukku.

"Kangen bangettt"

"Kok bisa tau aku disini? Sapa yang ngasih tau?"  Tanyaku teringat dia yang sudah ada di depan pintuku pas.

"Papa. Tadi siang aku balik dari New York langsung ke papamu. Sudah 5 tahun ternyata dan aku harus memenuhi itu karena mau sama kamu. Dan papa dengan senang hati memberikanku alamatmu"

"Huaaaa"

"KOKO DARI NEW YORK?!" Kagetku karena mendengar jawaban tak terduga.

"Iya"

"Ngapain!"

"Cari cewek"

Ceplakkkk

"Aduh Ray sakit"

"Salahnya"

"Aku sekolah Ray, sekolah di luar bisa lebih cepet walaupun pelajarannya lebih berat. 5 tahun aja udah bisa jadi spesialis penyakit dalam. Calon suamimu dokter loh Ray" Godanya yang masih bisa bercanda.

"Dokter apa bang Toyib yang ga pulang pulang!"

"Ya kan berjuang Ray"

"Berjuang sih berjuang tapi inget dong yang disini! Koko tau gak! Aku mau terima salah satu cowo yang nembak aku kalo Koko ga pulang sampe besok!"

Besok. Tepat 5 tahun. Dihitung dari saat dia berjanji di hadapan hamparan pasir dan gelombang laut biru.

"Emang ada yang mau sama kamu?" Ejeknya.

Wah dia tidak tahu rupanya.

"Banyak. Nih liat chat chatku isinya cowok cowok, request DM ku juga nih" Aku memamerkannya di depan dia yang ga percayaan.

"Iya percaya. Kamu ga terima mereka kan? Atau kamu udah nikah jangan jangan dan punya anak dia?"

"GUNDULMU!!! Gara gara kamu aku jomblo 5 tahun"

"Aduh calon istri ku setia banget"

"Bukan calon istrimu. Gamau sama dokter gadungan" Aku beranjak dari sofa dan mengambil minum di dapur.

"Eh eh mau kemana! Ikut!"

"Minum. Haus gara gara kamu" Aku menyalakannya.

"Kok aku"

"Ya kamu pokoknya"

.
.

"Ray, nikah yuk"

AKHIRNYA CRUSH PULANGG!

bintang jangan lupa dipencet!

Hi Crush! (udah selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang