U. Hutang

0 1 0
                                    

Sudah pukul 11.20 artinya 20 menit terlewat dari jam yang sudah di DEAL kan tadi.

Sudah kuduga semua ini akan terjadi.

Dan 20 menit juga aku menunggu di depan rumah dengan ditemani matahari yang begitu terik.

Dasar cuaca. Ga menentu kek doi.

Aku memilih untuk masuk ke dalam rumah lagi ketimbang menunggu para bebek kepanasan.

"Belom berangkat dari tadi?" Tanya papa

"Biasa jam karet mode on"

"Ck ck ck. Minta traktiran nanti kamu sama mereka. Bilang ganti rugi bedak yang luntur" Bapak ku sangat pintar. Boleh juga usulnya.

"RAYAAAAAAA"

"YUHUUU"

"Pa aku berangkat ya!" Aku mencium pipi papaku sekali lagi.

"Ati ati. Bungkus jangan lupa!"

"Om kita berangkat dulu ya" pamit mereka serempak seperti sudah direncanakan.

"Iya. Jaga anak saya dan balikin sebelum jam 9 malam"

"SIAP OM"

Setelah berteriak aka pamit, yang sangat memalukan kita langsung jos. Bagaimana tidak, suara mereka sangat keras dan terdengar oleh tetanggaku yang buka warung.

"Bambank siapa bilang jam 11.00?" Tanyaku dengan tatapan menusuk.

"Alland" tunjuk Devano kepada Alland yang menyetir. Mungkin karena Devano yang mengerjainya sehingga akhirnya Alland lah yang pasrah menyetir.

"Heh pantatmu gosong!! Lu ya yang belom siap jam 11.00. Dia Ray mandi kek perawan lama bener asli." Sambung Vander.

"Nder lu nanti gw traktir cincau" ucap Alland yang katanya mau mentraktirnya dengan segelas cincau.

"Makin lop lop Alland" Vander memonyongkan bibirnya ke Alland.

"Gajadi traktir"

Pletak

"Pokonya kalian tanggung jawab" ucapku.

"Heh tanggung jawab apa!!" Kata Devano sambil menampol lenganku.

"Dari dulu lu suka minta pertanggung jawaban deh Ray!" Tambah Vander

"Bedakku luntur karena nungguin kalian lama banget. Bedakku mahal jadi kalian harus tanggung jawab. Beliin pok pok dua bungkus, sari dele cincau station 2 gelas yang large" Aku merangkul Devano dan Vander yang ada di sebelahku.

"Apa apa an. Ogah"

Plak

Lengan Vander dan Devano menjadi korban pukulan dahsyat by Raya.

"Awh"

"Apa?! Mau lagi?! Sini!"

"Gak deh. Nanti tak beliin sari delenya deh. Nanti Vano yang pok pok. Oke kan Van?" final Vander.

"Enak aja! Tuker. Aku sari dele"

"Gamau. Urunan aja sini, Lan, Le, urunan sini. 10 ribu an" usul Vander.

"Yaudah deh. Orang kaya mah bebas, ga kayak orang mlarat" sindir Alland memberikan selembar uang 10 ribuan.

Allero pun juga begitu, ia menurut dan memberikan 20 ribuan.

"Kembalian" ucapnya.

"Nih"

"PINTAR KALI TEMANKU"

"Eh kita mau kemana ini?" Tanyaku.

"Trawas aja"

"Mall aja"

"VOTE" Ini yang aku suka dari mereka, sellau mengambil jalan tengah untuk memutuskan sesuatunya.

"Trawas"

"Trawas"

"PTC"

"PTC"

"Trawas"

"Hahah mantab Trawas gas!"

"YAJ GAJADI POK POK" Aku mengeluh karena tidak jadi makan pok pok hari ini.

Sedangkan mereka sudah senang dan lega. Terlihat dengan air mukanya yang cerah.

"HUTANG POKOKNYA KALIAN."

"Iyain dah"

"Namanya bocah. Harap maklum"

Lanjutannya next part!

I want more stars!!

Hi Crush! (udah selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang