v. Hello Fiance

2 1 0
                                    

"Ray, nikah yuk" Dia memelukku dari belakang dan membuatku kaget sementara.

"Bluuuurrhh" Air yang ada di mulutku otomatis keluar.

"Uhuk uhuk uhuk" Air itu sukses membuatku tersedak ditambah ucapannya yang sangat tidak tahu sikon.

Dia menepuk nepuk punggungku.

Plak

"Koko ngomong apa sih! Gatau lagi minum apa! Gausah becanda!" Aku memarahinya habis habisan padahal sebenernya mah masih kangen.

Aku beralih ke depan jendela.

Dia kembali mengikutiku dan memelukku lagi namun kali ini tidak dengan air minum.

Dan tangannya yang satu ada diperutku dan yang satu menyodorkan kotak yang bisa aku tebak.

Tapi biarkan otakku mengolah semuanya dnegan baik dulu.

Menelan perlahan.

"Buka Ray" Ucapnya.

Aku menurutinya dan membuka perlahan dnegan kedua tanganku. Sedangkan tangannya yang satu masih ada di perutku.

"Ko beneran?"

"Kamu pikir aku bercanda tadi?" Dia balik bertanya dan tentu aku jawab dengan anggukan.

Mataku terpaku dengan cincin dengan berlian yang bersinar kelap kelip itu. Simpel tapi sangat elegant.

Entah aku harus cari dia beli dimana. Sangat keren.

"Perasaanku masih sama seperti dulu saat kita masih SD. Perasaanku sama seperti 5 tahun yang lalu. Ga berubah sedikitpun. Hari hariku di sana berat tapi aku ingat ada yang harus aku perjuangkan. Aku menjadi dokter spesialis di umur yang muda, bahkan aku sudah mendapatkan gaji atas bekerja di rumah sakit New York. Aku bisa jaga kamu, aku bisa menghidupi keluarga kita nanti. Aku harap perasaan mu juga masih sama Ray. Sekarang aku langsung tanya kamu, how's your heart?" Tanyanya yang ditujukan padaku. Sekarang bukan lagi membelakanginya tapi dia sudah memutar badanku agar menghadapnya.

Mataku dan matanya sama sama menatap. Bertemu dalam ruang lain.

"Kenapa tanya lagi. Tentu masih sama. Kalau udah berubah gamungkin aku nunggu Koko 5 tahun yang ga ada kepastian itu. Gamungkin juga aku ngerelain 5 tahunku menjomblo!" Jawabku sedikit esmosi.

"So? The answer?"

"Emang Koko tanya apa lagi?" Tanyaku polos.

"Kamu mah merusak momen Ray" Dia menjitak palaku pelan.

"Loh benerkan? Koko belum tanya loh!" Ucapku tidak mau kalah.

"Yaudah yaudah."

"Raya. Be my financee? Not future but now." Ucapnya dengan serius.

"Yassss, sangat bersedia Pak Dokter"

Dia memakaikan cincinnya di jari manis sebelah kiri.

Dan lagi air mataku tak tertahankan.

"Hiks hiks"

"Miss Raya jangan nangis dong"

"Tau dari mana panggilan itu?" Aku mendongak meminta jawaban.

"Hei aku tau semua tentang kamu. Bahkan aku tau siapa aja yang ngedeketin kamu selama 5 tahun ini"

"Dasar ngapain coba. Gabut banget hiks"

Setelah dipakaikan dengan baik, aku kembali memeluknya mencari posisi nyaman.

"Makasih udah balik"

"Makasih juga udah mau nunggu"

.

"Eh kenapa di tangan kiri?" Tanyaku sambil mengamati cincin yang melingkar di jari manisku.

"Yang kanan buat nanti, aku bakal penuhin tanganmu dengan cincin dariku. Awas aja ada cincin lain disitu" Dia menarikku bersandar dalam pelukannya.

Maklum peluk peluk soalnya masih dalam mode kangen.

"Kapan pulang?" Tanya dia kepadaku.

"Besok. Sabtu"

"Yaudah aku numpang nginep disini ya, biar besok bareng pulangnya"

Aku mengangguk saja.

"Ray. Kamu belum jelasin dia" Karena aku peka dia yang ditunjuk siapa. Aku langsung menjelaskan.

"Dia pasienku, papanya pergi dan mamanya gamau rawat dia. Saat itu aku udah minta ijin ke mamanya buat bawa dia ke rumah sakit tapi dia malah bilang buat jangan dibalikin lagi. Jadi aku yang rawat Rea sekarang. Gapapa kan?"

"Oh gitu. Mamanya kenapa emang?"

"Keluar masuk club"

"Huh yaudah, kita aja ya yang rawat Rea" Aku lega setelah mendengar hal itu.

"Makasii"

"Tidur sana temenin Rea. Aku tidur disini"

Aku mengangguk dan membawakan selimut dan bantal yang enak biar tidak sakit semua kalau tidur di sofa.

"Selamat malam my financee" ucap Crush.

"Good night too"

SELAMAT MALAM CRUSHH DARI AKU YANG DISINI MENUNGGUMU

VOMMENT NYAAAA

Hi Crush! (udah selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang