___|04|___

600 81 2
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bisa melakukan sesuatu hal dengan baik mungkin karena sudah terbiasa melakukannya, dari yang tidak bisa jadi bisa. Sama halnya beradaptasi dengan lingkungan sekitar hal yang tidak biasa dilakukan jadi hal biasa.

Sudah seminggu Rose dan Chae tinggal di rumah keluarga Manoban mulai beradaptasi tentang keluarga ini mulai dari hal kecil contohnya seperti Lisa yang sering berteriak tak ada hari tanpa suara melengkingnya, saat makan harus ada menu sayuran sedangkan Chae tak begitu suka, dan terpenting dari keluarga ini quality time sangat tinggi entah hanya sekedar menonton televisi bersama atau hanya mendengarkan cerita konyol dari Daesung dan Lisa.

Dua hari sudah Rose bersekolah yang sama dengan Lisa dan sekaligus sekelas dengannya.

Rose tipe siswi yang kalem dan cuek berbeda dengan Lisa yang cerewet dan percaya diri yang overload.

"Yakin kalau dia saudara Lisa?"

"Beda sekali dengan Lisa yang rempong."

"Kalau tidak salah, dia tinggal di rumah Lisa."

"Eommaku bilang, dia ditinggalkan orang tuanya."

"Yatim piatu dong, pantas numpang di rumah Lisa."

Ini hanya segelintir kalimat dari beberapa murid yang terdengar oleh gendang telinga Rose. Ada gejolak rasa ingin angkat bicara menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka bicarakan itu kurang tepat tapi lebih memilih untuk diam karena ada dua kemungkinan respons yang didapat, pertama mereka akan bersimpati atau kedua mereka semakin mengolok-oloknya.

Berjalan bersama menuju kelas melewati beberapa murid yang sudah datang, tiba di depan pintu kelas ada seorang siswa laki-laki yang menghalangi pintu masuk membuat langkah mereka terhenti. Siswa ini menyapa ramah hanya kepada Lisa tidak untuk Rose.

"Pagi Lilis yang cantiknya nomor satu," sapa siswa ini dengan senyum ceria.

"Pagi juga, Cookies." Lisa membalas dengan ceria juga. "Lo gak mau nyapa sodara gue?" tanyanya karena temannya ini hanya menyapa dirinya tidak kepada Rose.

"Oh, iya... pagi anak yatim." Dia menyapa dengan tak minat bahkan tak menatap ke arah Rose.

"YAK! Cookies udah gue bilang dia masih punya orang tua kalau ngomong seenak mulut lo aja." Sangat tak terima atas panggilan yang dilontarkan lalu Lisa menyentil mulut temannya.

"Ta-tapi... kata yang lain, dia yatim piatu."

"Gue udah cerita tentang Rose sama lo dan masih gak percaya, jangan dengerin omongan orang lain." Kekesalan Lisa bertambah sambil memukul badan temannya ini.

"Aduh... sakit Lilis, ampun..." ringisnya kesakitan.

"Lilis, Lilis, nama gue LISA L-I-S-A, nama bagus kaya Lalisa Blackpink juga, seenak mulut lo aja diganti." Protes Lisa tak terima atas nama panggilan dari temannya.

"Kalau gitu panggil gue Jungkook, gue ini orang bukan makanan."

"Hah? apa? jongkok? lo lagi berdiri Cookies." Lisa meledek dengan wajah tengilnya.

"YAK! LILIS!" teriak Jungkook.

"WAE! COOKIES AND CREAM." Tak mau kalah, Lisa berteriak juga lebih keras.

Mereka bagaikan Tom and Jerry saling memaki, memukul, seperti musuh bebuyutan tapi masih punya rasa peduli diantara mereka. Itulah hubungan antara Lisa dan Jungkook sepasang manusia yang berbeda jenis kelamin.

Only METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang