___|39|___

231 40 0
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cara memandang dunia setiap manusia berbeda, karena banyak berbagai sudut yang dapat dilihat dari segala arah.

Menabrak beberapa pasien dan pengunjung yang menghalangi jalan. "Jeosonghamnida," sesal Rose meminta maaf dan menunduk hormat kepada beberapa orang yang telah ditabrak Jennie. "Unnie, tunggu!" panggilnya melihat Jennie semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya.

"Hah, sial." umpat Rose lalu merogoh ponselnya untuk menelpon Lisa.

"Sekarang kau ada dimana?" tanpa sapaan langsung bertanya dengan tergesa-gesa.

"..."

"Cari Jennie dan tangkap, jangan sampai kabur," titah Rose langsung memutuskan sambungan telpon.

Di tempat parkir, keluar dari mobil setelah menerima telpon dari Rose yang tiba-tiba meminta untuk menangkap Jennie.

"Ini orang kenapa? segala nyuruh nangkep kucing. mana kaya nyuruh bawahan," gerutu Lisa selama berjalan menuju ke dalam gedung rumah sakit.

Memasuki lift menuju lantai atas kemudian pintu lift terbuka ada Jennie yang ingin masuk. Tak sadar jika ada Lisa diantara beberapa orang dalam lift, Jennie melangkah masuk namun ada yang menariknya keluar lift.

"YAK! kau siapa? seenaknya menarikku," pekik Jennie kepada orang yang menariknya.

"Bagus, baru kemarin ketemu sekarang sudah amnesia," balas Lisa tak melepaskan genggaman tangan.

Jennie memberontak berusaha melepas tangan Lisa dari lengannya. "Lepaskan tanganmu!"

"Kau tidak akan kemana-mana, Kim." sambil menarik Jennie ke tempat yang sedikit sepi karena sekarang mereka berdua menjadi bahan tontonan orang sekitar.

Dengan susah payah menelpon Rose, tangan kiri memegang Jennie dan tangan satunya membawa kotak makan. "Cepat datang kesini atau aku akan melepaskannya ke alam liar," ucapnya kepada Rose disambungan telpon.

Tak beberapa lama Rose sampai dihadapan Jennie dan Lisa dengan napas tersenggal-senggal.

"Sesuai perintah, Nona Park." sinis Lisa meninggalkan Jennie dan Rose begitu saja.

Setelah Lisa melepaskannya. Jennie berusaha melarikan diri namun kali ini dapat dicegat oleh Rose.

"Ruby, tolong tenang dan dengarkan aku," pinta Rose.

"Apa yang ingin kau katakan, hah? ingin bilang kau mencintai Jisoo, begitu? lepaskan aku!" dengan tenaga yang tersisa berusaha melepas dekapan Rose.

"Tidak, aku tidak akan melepaskannya sampai Ruby tenang," tutur Rose dengan lembut sambil mengusap punggung Jennie.

Terdengar isak tangis dari mulut Jennie. "Kau sangat jahat... kau melukai hatiku..." diselangi tangisan.

"Nee, aku jahat. Ruby bebas membalasnya."

Tak bisa dipungkiri oleh Jennie pelukan Rose sangat hangat, nyaman dan bahkan aroma tubuhnya membuat hatinya tenang.

Merasa Jennie sudah mulai tenang, perlahan melepas pelukannya. "Jangan lepas pelukanmu, aku sedang merindukan seseorang," bisik Jennie tak ingin melepas pelukannya.

"Baiklah, tapi bisakah sambil duduk?"

"Oke, tapi jangan dilepas," Jennie setuju karena kakinya sudah merasa lelah setelah berlarian. Rose menuntun Jennie ke arah kursi terdekat dan mereka duduk.

Only METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang