Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Lisa berbisik dekat telinga Rose. "Ngapain ngajak dia juga?"
"Mau ninggalin dia sendirian di sini? lo liat sendiri tadi gue suruh pulang, udah dijemput sopirnya tetep gak mau malah nangis," jelas Rose berbisik juga dengan tangan yang cekatan menyiapkan cemilan.
"Gak mesti diajak juga," cemberut Lisa.
Rose mengisyaratkan untuk membuka mulut dan menyuapi potongan brownies ke mulut Lisa. "Enak kan?"
"Em..." mengangguk kepala sambil mengunyah dalam mulut. "Enak, lembut, lebih manis yang ini daripada terakhir lo bikin," kritik Lisa setelah menelan habis ke perutnya.
"Siapa dulu yang bikin, calon chef terkenal nih," dengan percaya diri membanggakan diri sendiri.
"Ck, pede sekali kau." sinis Lisa sambil memutar bola matanya kemudian meninggalkan Rose di dapur.
Berjalan ke ruang tengah, terlihat Jennie sedang memberi makan Louis dengan sebuah potong apel yang sedang Ia makan.
"HEI!" sedikit berteriak sambil mencegah Jennie memberikan apel tersebut.
Jennie terkejut lalu Lisa menegurnya. "Jangan dikasih buah, dia belum makan."
Menundukan kepala. "Mian, dia terlihat lapar jadi aku kasih," sesal Jennie.
Lisa beranjak dari sana tak mendengarkan permintaan maaf dari Jennie dan kembali dengan sebuah mangkuk ditangan berisi makanan kering khusus kucing.
"Ambil," ketus Lisa menyerahkan mangkuk tersebut. "Cepat! tanganku bisa patah."
Mengangkat kepala melihat Lisa menyerahkan sebuah mangkuk dan mengambilnya. "Untuk apa?" polos Jennie melihat isi mangkuk.
"Untukmu," membuat Jennie mengerutkan dahi. "Jika kau merasa kucing makanlah, mungkin kau akan suka," jelas Lisa dengan tengilnya.
"Aku manusia," sanggah Jennie mulai kesal.
"Manusia kucing." Lisa bergumam. "Tentu saja untuknya, ya kan my little baby," ucapnya dengan acuh sambil mengelus bulu lembut Louis.
Jennie mengangguk sambil memberikan makan Louis menggunakan tangannya. "Kukira tadi kau akan marah padaku."
"Tadinya iya, tapi aku masih ada rasa kasihan padamu jika tidak pasti matamu itu semakin bengkak," balas Lisa.
"Nah, enak dilihatnya kalau akur gini," timpal Rose menghampiri mereka.
Lisa menyaut dengan sinis. "Selama ini kita akur, kau saja yang tak lihat."
"Kapan? setiap kalian bertemu ada saja bahan perdebatan."
"Itu, akur dalam debat kalau gak debat gak seru," acuh Lisa sibuk bermain dengan Louis.
Rose mengusap wajah sambil bergeleng kepala. "Nanti unnie pakai ini," menyerahkan sebuah kacamata hitam kepada Jennie. "Takut disana mereka banyak bertanya tentang mata sembab unnie jika tidak ditutupi," jelasnya.
"Aku ke agensi sebentar, tolong kalian akur sampai aku kembali," pamit Rose.
Jennie merengek. "Aku ingin ikut..."
"Unnie disini saja, sambil kompres matanya supaya tak terlalu bengkak," balas Rose mengelus rambut Jennie. "Lily?" panggilnya.
"Lo tenang aja. gue jamin gak bakal terjadi apa-apa. mungkin?" Lisa meniru gerakan Rose kepada Jennie. "Benar bukan, unnie?" tersenyum paksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only ME
Fanfiction... Sebuah cerita sederhana ... Menerima dengan keikhlasan hati walau sulit atau berpura-pura seakan tidak pernah terjadi walau menyesakkan di hati atau mungkin dengan kepergian semua akan selesai. Note : Tolong perhatikan! tempat dan nama karakter...