Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ada saatnya harus memilih diantara dua pilihan atau lebih, bukan pilihannya yang sulit untuk dipilih tapi menerima konsekuensi dari pilihan yang dipilih.
Rose mengurung diri seharian di dalam kamarnya setelah bertemu dengan Dara, bahkan tak mengisi perutnya yang meronta-ronta ingin diisi.
Hari mulai menjelang siang, akhirnya Rose keluar dari kamarnya sudah berpakaian rapih namun dengan wajah pucat beserta garis mata sedikit menghitam dan mata sembab efek menangis.
"Akhirnya my chipmunk keluar juga," lega Lisa sambil menghampiri Rose. "Merasa lebih baik?" tanyanya dijawab dengan anggukan kepala. "Syukurlah, btw mau kemana?"
"Mau cari angin di luar."
"Ngapain angin di cari? lo duduk aja depan kipas sambil buka mulut nanti paling yang ada masuk angin," usul Lisa dengan keanehannya.
'Salah ngomong sama manusia otak overload.' sarkas Rose dalam batin. "Gak gitu juga Lily yang cantiknya nomor satu," ujarnya penuh dengan kesabaran.
"Aduh, jadi terhura dibilang cantik sama manusia kepala batu kaya lo," malu-malu Lisa.
"Gue mau keluar sebentar."
"Mau ditemenin gak?" tawar Lisa.
"Gak usah, Lily." tolak Rose.
"Lu gak ngelakuin hal gila lagi kan?" selidik Lisa dengan menyipitkan matanya.
"Gue gak bakal ngelakuin hal gila jadi lo tenang aja," jawab Rose sambil tersenyum.
"Gue tanya serius Roseanne Park."
"Gue serius Lalisa Manoban, yang bilang gue lagi ngelawak siapa?"
"Gue gak percaya, muka lo gak meyakinkan," Lisa menatap lekat Rose dengan serius tapi yang ditatap hanya berekspresi datar. "Nanti yang ada kaya kemarin tiba-tiba gembira pulang-pulang kaya orang kerasukan setan."
"Udahlah gak usah di bahas lagi, gue pergi. jagain ini rumah jangan sampai hilang," pamit Rose bergegas melangkah kaki menuju pintu keluar.
"Lo kira gue satpam, ini rumah gak bakal hilang kalau gak dijaga juga." gerutu lisa kemudian menghela napas pasrah. "Arraseo, lo hati-hati di jalan dan jangan ngelakuin hal gila lagi." pesannya sedikit berteriak karena Rose semakin menjauh.
Berjalan menjauh dari rumah, menuju tempat dimana orang-orang mengurus beberapa masalah di sini. Berdiri tepat di depan gedung bertulisan kantor pengacara.
"Lakukan sekarang atau gak sama sekali," monolog Rose dengan penuh keraguan. Apa setelah ini semua akan baik-baik saja.
Setelah menyakinkan diri, Rose masuk ke dalam kantor pengacara menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Beberapa jam kemudian urusannya selesai beranjak pergi dari sana kemudian berjalan menuju pemakaman.
Berdiri di antara dua batu nisan. "Hai baby, how are you?" tanya Rose yang tak akan pernah lagi dijawab.
"Bagaimana di sana? apa menyenangkan bersama abojie? kau sudah senang bisa berduaan dengan abojie?" Masih tetap bertanya walau hening yang akan menjawabnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only ME
Fanfiction... Sebuah cerita sederhana ... Menerima dengan keikhlasan hati walau sulit atau berpura-pura seakan tidak pernah terjadi walau menyesakkan di hati atau mungkin dengan kepergian semua akan selesai. Note : Tolong perhatikan! tempat dan nama karakter...