Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tiba-tiba Lisa tersedak, membuatnya jadi pusat perhatian. Dengan sigap Rose memberikan segelas air.
"Minum pelan-pelan," ucap Rose sambil mengelus pelan punggung Lisa.
Setelah minum, Ia mengelap mulut Lisa yang sedikit belepotan menggunakan tissue. "Makan pelan-pelan, gak bakal gue ambil."
"Mian. soalnya makanannya enak banget," kekeh Lisa.
"Nanti sering-sering gue masakin kaya gini deh."
"Beneran?" diangguk oleh Rose. "Ah, makin sayang deh sama tupai gembul ini," memeluk lengan kiri Rose.
"Udah, lanjutin makannya."
"Siap, mommy Rose," jawab Lisa dengan menirukan suara anak kecil kembali melanjutkan makannya.
Jisoo tersenyum melihat interaksi antar saudara ini tapi berbeda dengan Jennie raut wajah terlihat sangat jengkel.
"Bahagianya punya saudara perhatian seperti Rose, beda yang disebelah ini," sindir Jisoo.
"Unnie menyindirku?"
"Tidak, untuk apa menyindir adik unnie yang cantik ini," Jisoo mengelak dengan tangan mencubit kedua pipi Jennie.
Jennie merengek. "Stop! unnie..."
Selesai dengan makan siangnya, Jisoo terlebih dahulu pergi meninggalkan mereka bertiga. Sampai di depan resto sudah ada mobil terparkir beserta sang Sopir berdiri di samping pintu penumpang.
"Ingin pulang bersama?" tawar Jennie.
"Tidak, terima kasih atas tawarannya sajang-nim," tolak Rose.
"Ayolah, kemarin kau juga menolaknya," bujuk jennie.
"Tidak, sajang-nim. kami jalan saja."
"Bukankah lebih baik naik mobil daripada jalan ditengah siang bolong ini," masih berusaha membujuk.
"Tak apa, sajang-nim. jalan lebih sehat."
"Ayolah, kali ini saja ya..." paksa Jennie.
"Rose gak mau jadi jangan dipaksa," sambar Lisa sedikit kesal dengan sikap aneh Jennie.
Jennie mendengus kesal. "Oke, baiklah. saya duluan, kalian hati-hati dijalan," pamitnya.
"Nee, sajang-nim." balas Rose. "Ajjushi, tolong pastikan sampai dengan selamat," ujarnya kepada sang Sopir.
"Nee, Nona." Tak lama mobil Jennie melaju pergi meninggalkan Rose dan Lisa.
Disinilah mereka sekarang tempat baru dengan suasana baru.
"Jadi, dia orangnya?" tanya Lisa yang sudah duduk di sofa disusul Rose duduk disampingnya.
"Ya."
"Dan lo deket sama kakaknya?"
"Gak juga, kita gak sengaja ketemu di cafe terus kenalan awalnya gue gak tau kalau dia kakaknya sampe penggantian CEO waktu itu dan ternyata dia kakaknya."
Lisa mengusap wajahnya dengan kasar. "OMG! lo gak ada niat buat keluar dari agensi itu?"
"Ada, tapi kan udah terlanjur tanda tangan kontrak."
"Kalau gitu jangan terlalu deket sama mereka terutama manusia kucing itu," larang Lisa dengan tatapan mata tegasnya. 'Dan jangan sampe dia makin suka sama lo,' lanjutnya dalam benak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only ME
Fanfiction... Sebuah cerita sederhana ... Menerima dengan keikhlasan hati walau sulit atau berpura-pura seakan tidak pernah terjadi walau menyesakkan di hati atau mungkin dengan kepergian semua akan selesai. Note : Tolong perhatikan! tempat dan nama karakter...