Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, berjalan paling depan dengan memegang bingkai foto di depan dada.
Selesai melakukan proses pemakaman para pelayat perlahan pulang ke rumah masing-masing tersisa mereka berempat.
"Ayo pulang Rose, kamu belum istirahat dari kemarin," ajak Minzy.
"Nanti imo," tolak Rose dengan tatapan mata ke arah batu nisan yang tertulin nama adiknya.
Minzy menghela napas dengan pasrah. "Hm, arraseo jangan terlalu lama ya. Lisa sayang temani Rose jangan ditinggal sendirian," titipnya kepada Lisa.
"Arraseo, eomma."
"Yasudah, appa sama eomma pulang lebih dulu," pamit Daesung.
"Nee, appa."
Daesung dan Minzy beranjak pergi dari area pemakaman meninggalkan Rose dan Lisa berduaan. Berdiri di depan dua batu nisan tak ada percakapan diantara mereka, hanya mengamati dengan lekat batu nisan yang ada dihadapan mereka.
Cukup lama berdiri akhirnya Lisa duduk di rerumputan sedangkan Rose masih berdiri tak lama ada seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
"Chaeyoung," panggil Chaerin.
Bersamaan mereka menoleh ke arah asal suara. "Nee," sahut Rose.
Lisa bangun dari duduknya sambil membersihkan rumput yang menempel di bokongnya dan memperhatikan wanita ini dengan mata sinisnya.
"Kalau anda ingin marah-marah lebih baik pergi dari sini sebelum saya berubah jadi power ranger dan menghancurkan anda," ancam Lisa.
"Aniya," jawab cepat Chaerin dengan mengibaskan kedua tangan ke depan. "Tenang saja saya tidak akan marah-marah nanti cepet tua," lanjutnya.
"Saya cuma mau ngomong sama Chaeyoung, berdua," pinta Chaerin kepada Lisa.
"Daritadi juga anda sudah ngomongkan," ketus Lisa.
"Lily?" tegur Rose.
"Kenapa? manusia kaya mereka gak pantes dihormatin," balas Lisa bernada sangat kesal.
"Tapi, dia dateng ke sini pasti ada hal penting yang perlu diomongin."
"Hm, arraseo." pasrah Lisa memberikan ruang untuk mereka. "Awas saja sampai terjadi kekasaran lagi, saya jadikan anda kue natal," tunjuknya ke wajah Chaerin kemudian sedikit berjalan menjauh dari mereka.
Rose menggeleng mendengar perkataan Lisa. "Ada apa imo?" tanya Rose.
"Soal kejadian tadi tolong dimaafkan, eomma hanya tak percaya apa yang menimpa Seungri," sesal Chaerin.
"Gwenchana imo, sebagai orang tua kehilangan anaknya pasti rasanya sangat menyakitkan."
Cherin menganggukan kepala sebagai jawaban atas pernyataan dari Rose.
"Tapi imo, boleh bertanya sesuatu?" izin Rose.
"Nee, tanyakan saja."
"Apa maksud dari perkataan halmeoni tadi?"
"Ah, soal itu..." Charein terlihat kebingungan untuk menjawab. "Hm... imo tak tahu ini baik untukmu atau tidak tapi imo rasa kamu sudah cukup mengerti untuk tahu tentang ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Only ME
أدب الهواة... Sebuah cerita sederhana ... Menerima dengan keikhlasan hati walau sulit atau berpura-pura seakan tidak pernah terjadi walau menyesakkan di hati atau mungkin dengan kepergian semua akan selesai. Note : Tolong perhatikan! tempat dan nama karakter...