___|10|___

475 63 4
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari baru, semangat baru. Beberapa hari pasca laporan dipengadilan, Rose kembali sibuk dengan kegiatan dan tugas kuliah. Setelah beberapa hari terakhir absen, sebelum kembali ke kampus Ia terlebih dahulu membeli ponsel baru untuk mudah dihubungi.

Unknow Number
+82 **********

Mengerutkan kening saat melihat nomor asing yang menelponnya. "Nomor tak dikenal?" bingung Rose. "Aneh, yang tau nomor ini baru hanya pengacaraku dan keluarga Manoban," monolognya.

Saat hendak ingin menjawab, panggilan diakhiri oleh pihak penelpon lalu Rose mengecek riwayat panggilan ternyata sudah berpuluhan panggilan tak terjawab dengan nomor yang sama.

"Siapa? kenapa juga menelpon berkali-kali?"

Tak lama benda tersebut kembali bergetar tanda ada panggilan masuk dan dilihat nomornya sama seperti tadi tanpa berpikir lagi Rose menjawab panggilan tersebut.

"Yeobohaseyeo," sapa Rose dengan kaku.

"Ah, akhirnya di angkat juga," suara sang Penelpon.

"Nuguya?" tanya Rose.

"Rose," panggil sang penelpon seperti sudah mengenal Rose.

'Suaranya tak asing' pikir Rose sambil mengingat-ingat karena tak yakin mengenal suara sang Penelpon.

"Sekali lagi saya tanya, anda siapa? Atau saya tutup."

"Rose, i-ini eomma," jawab ragu Dara dari seberang sana.

Terkejut dengan jawaban dari sang Penelpon, ternyata orang yang selama ini ingin tahu dimana keberadaannya lebih dulu menghubunginya.

"Eomma..." tak sadar air mata Rose jatuh mengenai pipinya. "Bogoshippo, kenapa baru sekarang mencari?" Bertanya dengan suara parau.

"Bisa kita bertemu sekarang, Rose?" ajak Dara.

"Nee eomma, aku sangat rindu denganmu."

"Baiklah, saya kirim lokasinya. kita ketemu di sana saja," usul Dara.

"Nee, eomma." semangat Rose dengan mengusap kasar pipinya yang basah.

"Baiklah, saya tutup telponnya."

Tanpa mengulur waktu Rose bergegas mencari mantel, tas dan dompet miliknya.

"Mau kemana?" tanya Lisa melihat Rose tergesa-gesa.

"Bertemu dengan eomma," jawab Rose.

"Eomma?" bingung Lisa lalu berpikir sejenak. "Ah, maksudmu imo dara, eomma-mu."

"Nee, Lily."

"Senang dengarnya," tiba-tiba Lisa memeluk Rose erat dan dibalas pelukannya.

"Gumawo, Lily."

Only METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang