___|13|___

438 73 9
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mencari pekerjaan ternyata tak semudah yang dibayangkan, mungkin dengan keberuntungan bisa mudah didapat atau bahkan dengan kekuasaan orang dalam.

Berjalan menelusuri trotoar, hari sudah berganti malam namun belum juga mendapatkan pekerjaan yang cocok.

Merasa lelah berjalan tanpa tujuan berniat menghampiri sebuah cafe yang cukup ramai. Duduk di salah satu bangku kosong dekat panggung kecil kemungkinan digunakan untuk live music.

"Permisi, Nona. anda ingin pesan apa?" tanya pelayan yang menghampiri mejanya.

Rose melihat daftar menu. "Satu ice mochacino dan dua potong cake redvelvet," ucapnya sambil menutup buku menu.

Pelayan tersebut menulis pesanan Rose. "Baiklah, ada yang ingin ditambah lagi Nona?"

"Tidak ada, sudah cukup."

"Baik, mohon di tunggu pesanannya." ucap pelayan dengan ramah kemudian pergi menuju pantry.

Samar-samar Rose mendengar dari arah dekat panggung.

"Aduh, kenapa pas lagi ramai pengunjung?" keluh seorang wanita cantik. "Apa tak ada penggantinya untuk sementara paling tidak malam ini saja?" tanyanya.

"Tidak ada, Sajang-min."

"Jika bisa nyanyi, lebih baik saya saja."

"Hm, mereka lagi butuh penyanyi, ajuin diri gak ya?" gumam Rose.

Berpikir beberapa saat lalu meyakinkan diri. "Sudahlah, hitung-hitung bantu sesama manusia," Rose beranjak dari duduknya menghampiri dua orang yang sedang berbincang.

"Chogiyeo," sapa Rose.

"Nee, ada yang bisa saya bantu Nona?" ucap wanita.

'Ya Tuhan, ciptaanmu ini sempurna. dia cantik sekali.' benak Rose memuji kecantikan wanita yang ada di hadapannya.

"Nona?" panggil wanita ini karena tak di respon oleh Rose.

"Eh!" tersadar dari lamunannya. "Maaf, saya tidak sengaja mendengar kalian bicara tentang penyanyi. bisakah saya membantu kalian?"

"Benarkah? kebetulan sekali penyanyi kami sedang sakit jika kau bisa bernyanyi silakan, saya sangat berterima kasih atas bantuanmu."

"Baiklah, tapi saya tak membawa gitar."

"Kamu tenang saja di belakang panggung ada banyak alat musik dan kamu bisa memilihnya sendiri," tunjuk wanita cantik ini. "Oh ya, kita belum berkenalan. saya owner cafe ini nama saya Irene dan dia karyawan saya namanya Joy."

"Kalian bisa panggil saya, Rose." Balas Rose kemudian mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan Irene dan juga Joy.

"Nama yang bagus," puji Irene sambil tersenyum. "Senang berkenalam denganmu, Rose."

Setelah mendapat izin, berjalan ke arah belakang panggung. Memilih gitar untuk mengiringi nyanyinya kemudian naik ke atas panggung yang tinggi hanya beberapa sentimeter.

'Rasanya sedikit berbeda saat waktu kuliah,' batin Rose.

Menyanyi di depan teman-teman kampus hal biasa saat masa kuliahnya namun kali ini berbeda dari biasanya karena yang melihatnya benar-benar orang yang tak dikenal.

'Pasti bisa, jangan lemah,' semangat Rose pada diri sendiri.

Naik ke panggung berdiri di tengah dengan gitar yang di gendongnya.

Only METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang