___|05|___

557 77 2
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jika janji tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan lebih baik tak ada kata janji. Jangan memberikan harapan palsu hanya sekedar penghibur sementara walau dengan niat baik karena dengan janji yang ingkar ada hati yang tergores oleh rasa kecewa.

Bumi terus berputar sesuai porosnya, sembilan tahun berlalu tak terasa anak kecil yang lucu kini beranjak dewasa hampir menginjak usia kepala dua.

Hari ini jadwal pembagian raport semester ganjil untuk seluruh murid di sekolah menengah pertama. Rose menyempatkan waktunya untuk datang mengambil raport adiknya dan juga juga ingin tahu sedikit tentang perkembangan Chae selama di sekolah. Selesai dengan pembagian raport mereka berjalan pulang.

"Untuk saat ini Chaeryeong tak ada masalah soal materi, dia belajar dengan cepat dengan nilai seperti ini sampai ujian kelulusan nanti bisa dipastikan chaeryeong bisa diterima beasiswa di sekolah menegah atas favorit," jelas wali kelas dengan menunjukkan hasil ujian Chae. "Tapi belakangan ini dia terlihat murung apa sedang ada masalah?"

Pertanyaan dari wali kelas Chaeryoung membuat Rose bertanya-tanya dalam benaknya, apa ada yang mengganggu adiknya atau ada masalah yang tak Ia ketahui.

"Karena my baby sudah bekerja keras gimana kalau unnie teraktir sesuatu, sebut saja ingin apa pasti unnie turutin," ujar Rose sambil berjalan bergandengan dengan adiknya.

"Ingin boneka baru? Album baru Blackpink?" Rose menawarkan tanpa melihat lawan bicaranya dan Chae hanya bergeleng kepala sebagai jawaban.

"Hm... bagaimana dengan pergi ke festival musik? atau ingin jalan-jalan berdua dengan unnie? jangan ajak Lisa nanti dia rusuh," Rose terus berusaha memberikan usulannya namun tak ada jawaban dari Chaeryoung.

Merasa berbicara sendiri, langkah kaki Rose terhenti diikuti juga Chaeryoung. Melepas genggaman tangan kemudian menghadap ke arah adiknya.

"Kenapa wajahmu sedih? ada yang mengganggu pikiranmu?" khawatir Rose karena wajah adiknya terlihat murung padahal menjadi peringkat 1 di kelasnya.

"Nothing," Chaeryoung menhmjawab dengan lesu.

"Jangan berbohong baby, katakan ada apa?"

"Unnie..." panggil Chaeryoung.

"Yes, baby." Sahut Rose dengan tangannya mengelus rambut Chae.

"Kapan abojie jemput kita?" tanya Chaeryoung seketika elusan di rambutnya berhenti.

Dengan menampilkan senyuman palsu kepada adiknya. "Nanti, pasti abojie menjemput kita."

"Tapi, kapan? ini udah terlalu lama. aku ingin seperti yang lain setiap ada kegiatan sekolah appa dan eomma mereka yang datang, bukan aku tak bersyukur punya unnie hanya saja... aku ingin merasakan diantar jemput dengan abojie," keluh Chaeryoung dengan butiran bening keluar dari salah satu sudut bola matanya.

Apa yang ditakuti Rose tidak terjadi kepada Chaeryoung dan melupakan satu hal lainnya. Rose berusaha melindungi Chaeryoung dari kalimat-kaliamt yang tak pantas didengar tapi tidak dengan perasaan yang menginginkan keberadaan sosok orang tuanya.

Only METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang