Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dua hari sebelum keberangkatan, Rose dan Lisa berbelanja untuk kebutuhan selama liburan.
"Lo ngerasa gak, kalau Jennie berusaha deketin lo?" Lisa berbisik supaya orang yang dibicarakan tidak dengar.
Saat mereka berdua berkeliling salah satu mall kebetulan bertemu dengan Jennie dan tentunya Lisa menolak ajakan untuk berbelanja bersama namun Rose menerima ajakan tersebut. Dan sekarang di sinilah mereka sedang istirahat duduk di kursi pengunjung butik sedangkan Jennie sibuk memilih pakaian.
"Wajarlah namanya juga temen," balas Rose dengan santai.
Lisa mulai frustasi mendengar jawaban dari Rose. "Asal lo tau, dia deketin lo ada maksud tertentu."
"Maksud tertentu gimana?" bingung Rose.
"Dia suka sama lo."
"Ya, baguslah."
"Masalahnya gak ada bagusnya karna dia suka dalam arti sebagai pasangan."
Mengerutkan dahi, tak percaya. "Gak mungkin, kita sama-sama cewek."
"Karna gak mungkin bisa aja jadi mungkin, coba lu inget-inget kelakuan dia sama lo."
Rose mengingat beberapa kelakuan Jennie terhadapnya yang awalnya biasa saja makin hari semakin lengket bagaikan lem perekat. Mulai yang awal hanya makan siang kini makan malam juga bersama, sering kali Jennie bermanja denganya, nama panggilan khusus diantara mereka dan terakhir Jennie bercerita tentang masalah pribadi.
"Masih wajar," gumamnya sambil menatap ke arah Jennie.
"Rosie, mana yang cocok untukku?" Jennie bertanya sambil menunjukkan dua pakaian ke arah Rose.
"Um... sebelah kiri Ruby lebih bagus," tunjuk Rose.
"Benarkah? tapi aku lebih suka yang sebelah kanan," ujar Jennie membandingkan kedua pakaian tersebut. "Karna kau pilih yang ini, aku beli yang ini saja," lanjutnya membeli pilihan dari Rose.
"Aku sudah selesai. kalian tunggu sebentar," lalu Jennie berjalan ke meja kasir.
"See, dia lebih milih pilihan dari lo padahal dia sendiri tau mana yang cocok ditambah kalian ada nama panggilan khusus. ini ngelebihin sebatas temen."
"Udahlah Ly, gak baik ngomongin orang," sahut Rose lalu beranjak dari duduk menghampiri Jennie.
"Gue yakin usaha lo bakal sia-sia, Kim Jennie," gumam Lisa ber-smirk.
Menuju akhir pekan suasana bandara sedikit padat. Dua jam sebelum take off, Rose dan Lisa sudah ada di bandara sekitar 10 menit yang lalu dan sudah dari tadi juga Lisa menggerutu karena yang lain belum menampakkan diri.
"Udah jangan ngedumel terus, tuh bibir lama-lama kaya bebek," canda Rose.
"Nyebelin lo, gue lagi kesel malah diajak bercanda," Lisa semakin mengerutkan bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only ME
Fanfiction... Sebuah cerita sederhana ... Menerima dengan keikhlasan hati walau sulit atau berpura-pura seakan tidak pernah terjadi walau menyesakkan di hati atau mungkin dengan kepergian semua akan selesai. Note : Tolong perhatikan! tempat dan nama karakter...