___|44|___

206 38 5
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Someone POV.

Memiliki Istri yang cantik dan juga anak yang cantik pula adalah anugrah terindah dalam hidupku. Apa lagi sekarang kami akan menambah anggota baru dalam keluarga kecil ini.

"Sayang..." panggilan lembutnya selalu membuat hatiku tenang walau sedang berusaha menahan rasa sakit.

"Nee, sayang. butuh sesuatu?"

"Aku... ingin kau selalu... menjaga anak kita... nantinya..."

"Nee, aku akan lakukan seperti sebelumnya. jadi, tolong bertahan dan kita akan menjaga dan merawat mereka bersama-sama."

Dia mengeleng dengan lemah. "Aku... sudah tak sanggup... gumawo sayang..." tangan lembutnya menghapus setetes air mata yang jatuh di pipiku.

Tak lama tangisan anakku menggema ruangan setelah Istriku menutup matanya perlahan.

"Aniyo... sayang... bangun Jessica... aku tak bisa jika sendirian..."

Ruangan ini dipenuhi suara tangisku dan tangis anakku bersamaan Seharusnya aku senang malaikat kecilku akhirnya lahir tapi kenapa bidadariku pergi? Apa ini sebuah pertukaran? Kenapa ini terjadi padaku?

Bekerja siang dan malam hanya untuk membahagiakan anakku walau waktu dengan mereka semakin berkurang bahkan tak tahu banyak tentang perkembangan mereka. Pantaskah aku menjadi orang tua mereka?

Tak sengaja bertemu dengan dirinya di sebuah bar, tempat dimana aku ingin mengeluarkan isi kepala. Yang aku tahu tentangnya hanya salah satu teman sekolah Jessica.

Semakin dekat dengannya, apa ini saatnya mencari mommy untuk anak-anak?

"Aku tahu dari Jessica, kau sudah menikah tapi kenapa malah bekerja di tempat seperti ini?" tanyaku mencari topik bicara. "Ah mian, aku tak bermaksud ikut campur," merasa tak enak bertanya tentang ini secara tiba-tiba.

"Gwenchana, aku sudah tak ada hubungan apapun dengan siapapun."

Jessica, izinkan aku menikahinya. Aku memberitahu anak-anak dan ternyata mereka menyukainya terutama anak bungsuku.

"Aku mau foto bersama mommy dulu."

"Kita tunggu unnie-mu dulu ya, dia sudah di jalan."

"Unnie pasti lama, ayo... aku ingin foto berdua."

"Sudahlah sayang, turuti saja. nanti malah ngamuk disini," leraiku diantara mereka.

Rutinitas setiap tahun keluarga Kim adalah foto bersama di studio. Sayangnya, mungkin tahun ini kita akan melewatinya karena anak bungsuku berbaring lemah di bangkar Rumah sakit.

Ditengah suasana sekarang, ada surat dari pengadilan atas tuduhan pelaku kecelakaan yang memakan korban hingga meninggal. Bukankah sudah dirahasikan? aku merobek surat tersebut, sia-sia saja mengeluarkan banyak uang jika masih saja seperti ini.

"Kenapa disobek, sayang?"

"Surat pengadilan, siapa yang berani-beraninya membongkar identitas anakku," aku frustasi di saat seperti ini ada masalah. Apapun caranya bahkan dengan nyawaku, anakku tak boleh mendekap di sel penjara.

"Sayang tenanglah, biar aku yang mencari cara menyelesaikan masalah ini. lebih baik kamu fokus saja kesembuhan Jennie," ucapnya.

"Kamu yakin? karna menurutku korban bukan orang biasa."

Only METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang