Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah selesai diperiksa dan diobati oleh Dokter sekarang duduk di salah satu bangku yang ada di taman rumah sakit menunggu Rose yang pergi ke toilet.
Rose datang lalu berjongkok tepat di depan Jennie. "Kajja, unnie."
"Aku bisa berjalan," tolak Jennie.
"Unnie tidak dengar apa kata dokter, lebih baik jangan berjalan dulu biar cepat pulih."
"Nanti kau lelah? tadi sudah mengendongku ke sini dengan jarak yang lumayan."
Jarak dari panti ke rumah sakit hanya butuh sepuluh menit berjalan namun tadi Rose menggendong Jennie jadi sedikit lebih lama.
"Unnie tenang saja, aku tupai kuat yang suka makan," balas Rose menampilkan geretan gigi putih dan rapi.
"Kau ada-ada saja."
"Jadi? ayo pulang!"
Mereka memilih pulang karena Jennie membutuhkan banyak istirahat. Padahal rencana Rose sampai malam nanti ada di sana tapi pupus sudah.
Mendadak Jennie menunjuk ke arah taman. "Bisakah kita ke sana dulu, Rose?"
"Oke."
Menurunkan Jennie di bangku taman, baru saja ingin duduk Jennie kembali bersuara. "Bisakah kau membelikan itu untukku?" tunjuknya ke penjual permen kapas.
"Hm, oke. unnie tunggu di sini."
Jennie melihat Rose berjalan menghampiri penjual permen kapas dan berbicara dengan penjual entah apa yang dibicarakan. Tiba-tiba Rose pergi dari sana dan menuju tempat lain, Jennie tak bisa melihat karena terhalang oleh beberapa orang yang berlalu-lalang dan menghilang dari pandangannya.
Beberapa menit kemudian Rose kembali ke penjual permen kapas, mengambil pesanannya. Lalu berjalan ke arah Jennie sambil membawa permen kapas di tangan kanan dan tangan kiri membawa kantong plastik.
"Apa unnie menunggu terlalu lama?" tanya Rose sambil duduk di samping Jennie.
"Tadi kau kemana setelah membeli gulali?"
"Aku membeli minum," jawab Rose membuka kantong plastik yang di bawa.
"Kukira kau pergi meninggalkanku," sendu Jennie dengan mata mulai berkaca-kaca.
"Kenapa unnie sedih? maaf, jika tak memberitahu terlebih dahulu," sesal Rose. "Ini gulali yang unnie mau. jangan bersedih, aku lebih suka unnie tersenyum," tuturnya memberikan permen kapas tersebut.
"Janji tak akan meninggalkanku?"
"Ya."
"Ucapkan janji dulu baru aku percaya."
"Haruskah?"
"Harus, cepat katakan dengan jelas."
Dengan ragu menuruti kemauan Jennie. "B-baiklah, aku Park Chaeyoung berjanji tidak akan meninggalkan Kim Jennie, apa sudah jelas?"
"Belum, pinky promise dulu." Mengulurkan jari kelingking ke hadapan Rose.
Sedikit malas menautkan jarinya. "Okay, i promise."
"Jika kau melanggarnya akan ku potong jarimu," peringat Jennie dengan tatapan mengintimidasi.
'Ini orang punya berapa muka sih.' benak Rose terheran dengan ekspresi wajah Jennie mudah berubah dalam hitungan detik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only ME
Hayran Kurgu... Sebuah cerita sederhana ... Menerima dengan keikhlasan hati walau sulit atau berpura-pura seakan tidak pernah terjadi walau menyesakkan di hati atau mungkin dengan kepergian semua akan selesai. Note : Tolong perhatikan! tempat dan nama karakter...