Limapuluh Dua

1.8K 109 5
                                    

Mereka baru saja bercinta. Setelah sekian lama pria itu akhirnya menyentuh dan mencumbu Aurora di tempat-tempat yang ia sukai.

Nicholas menciumnya seolah pria itu lapar. Pria itu mencium dan mencumbu di tempat favoritnya. Tak lupa pula bekas yang pria itu tinggalkan di beberapa tempat bak tanda jika Aurora hanyalah miliknya. Dan hanya pria lah  itu yang boleh menyentuhnya.

"Nicholas kau keras lagi?" Tanya Aurora setengah tak percaya. Mereka baru saja menyelesaikan permainan merek yang kesekian kalinya.

Pria itu.. Seolah sangat lapar

"Aku sangat lelah. Bisakah kau memberiku sedikit waktu untuk memulihkan tenaga." Pinta Aurora. Wajahnya semerah tomat masak.

"Aku harus pergi setelah ini sayang." Ucap Nicholas tampak menerawang. Pria itu menghela napas beberapa kali.

"Apakah ada pekerjaan yang harus kau lakukan? Tak bisakah kau membawaku. Papa pasti tidak keberatan jika kau bertanya padanya."

"Tidak. Aku tidak bisa membawamu... Aku harus ke Nebraska."

"Tidak!" Teriak Aurora kemudian bangkit dari tidurnya. Payudaranya terekspos begitu saja.

Ia telanjang... Mereka berdua telanjang.

Nicholas sangat menyukainya.

Memandangi wanita itu kesal. Memandangi wanita itu tertawa dan memandangi bagaimana wanita itu ketika wajahnya merona  adalah hobinya.

Ia harus menuntaskan semuanya jika ia ingin menghabiskan waktu bersama Aurora dengan tenang.

"Kau bisa menganggapku perjalanan bisnis luar kota, Sayang. Aku akan kembali dalam beberapa hari. Setelah itu kita bisa bercinta sepanjang waktu. Kita bisa kembali ke New York menjalani hidup kita sepeti biasa."

"Tapi ini berbeda Nicholas. Kau bisa saja.." Aurora tidak menyelesaikan ucapannya.

"Aku bisa apa sayang? Mati?"

"Kenapa kau begitu mudah mengucapkanya. Seolah itu hal yang wajar."

"Tenang. Aku tidak akan membiarkan diriku mati begitu saja. Membuatmu menanggis. Aku sangat membencinya. Aku tidak akan membiarkanmu menangis. Aku tidak aka. Membiarkan diriku mati sebelum menua bersamamu Aurora."

"Janji di buat untuk di tepati Nicholas. Jika terjadi sesuatu padamu aku akan sangat marah. Aku akan sangat membencimu. Jadi, bisakah kau berjanji padaku."

"Tentu saja."

"Bisakah.. Bisakah kau tidak membuatku marah nantinya. Bisakah kau kembali dalam keadaan baik-baik saja."

"Tentu saja. Aku ini Nicholas. Pria yang selalu menepati janjinya."

"Apa papa juga akan ikut bersamamu. Ke Nebraska?"

"Tidak. Hanya Carley. Kakakmu dan aku akan dinas luar kota untuk sementara waktu."

"Apakah kau akan melawan mereka? Kalian akan saling tembak-menembak seperti di film action. Kau bisa saja dalam bahaya Nicholas."

"Film action? Tidak! Tentu saja tidak sayang. Itu perkerjaan FBI dan CIA. Aku hanya pengusaha biasa." Ucap Nicholas bohong.

Nicholas menarik Aurora agar bisa berbaring lagi di sampingnya. Sedikit lagi Aurora, tinggal satu langkah lagi. Dan semua akan kembali seperti semula.

"Apa semua ini layak Nicholas?" Tanya Aurora.

"Tentu saja. Mengembalikan semua seperti sedia kala. Kamu, aku mungkin akan ada sedikit masalah karena ibuku dan ibumu akan sangat merepotkan kita."

"Hah? Merepotkan apa?" Tanya Aurora tidak paham.

"Merepotkan kita dengan segala urusan pernikahan tentu saja. Mungkin Carley akan sedikit kesal karena aku akan mendahuluinya. Tapi siapa yang perduli."

Aurora mencubit perut Nicholas gemas.

"TENTU SAJA AKU PERDULI NICHOLAS. Kau bahkan belum melamarku."

"Aku akan melakukannya setelah semua urusan ini selesai."

"Kau baru saja memberikan spoiler padaku. Tck tidak romantis sekali. Kalau aku menolak lamaranmu bagaimana."

"Kau pasti tidak akan menolaknya karena kau sangat mencintaiku kan. Tentu saja aku juga sangat sangat mencintai kamu. Tapi sepertinya stock cintamu untukku lebih banyak."

"Narcissistic!"

"Narcissistic? Biar saja. Aku ini tampan."

"Bisakah kau tidak membuatku jijik Nicholas haha. Kau ini menggemaskan sekali."

"Kau gemas padaku?" Tanya Nicholas seraya mengubah posisis tidurnya agar bisa memandangi wanita cantik yang tengah terlentang di sebelahnya. Perlu di tambahkan terlentang dan juga telanjang. "Ehemm berhubung aku ini sangat menggemaskan. Bisakah kita melakukannya sekali lagi." Rayu Nicholas seraya menyubit pelan puncak payu dara Aurora.

"Engh...., Enough!" Desah Aurora "Kita sudah kehabisan kondom."

"Kita bisa melakukannya tanpa itu." Ujar Nicholas.

"Tidak.!"

"I'm begging you."

"Tidak!"

"Please. Aku tau kau menyukainya."

"Kau membuatku terdengar seperti maniak sex." Rutuk Aurora sebal. "Hmm.. Haruskah kita melakukannya?" Tanya Aurora seraya memandangi manik mata pria yang sangat ia cintai.

Bohong jika Aurora akan mempercayai pria itu begitu saja.

"Aku mencintaimu." Ucap Aurora meraup kedua pipi Nicholas dan mencium bibir pria itu. Jatuh cinta membuatku tidak waras.

"Kau menciumku." Ujar Nicholas pura-pura tak menyukai ciumannya.

"Aku mencintaimu Nicholas. Sangat-sangat mencintaimu. Kau tau itu kan?"

"Tentu saja." Bisik Nicholas parau. "Aku akan kembali. Kau tidak perlu khawatir."

"Semua ini membuatku gila Nicholas. Aku bahkan tidak pernah mengira jika pria yang pernah aku cintai sebelumnya adalah seorang pria kurang ajar. Dia membuatku membenci Ellena. Ellena sahabatku Nicholas. Alih-alih aku bertanya apa yang membuat dia tega merebut pria itu dariku, aku malah meninggalkannya sendirian. Membenci Ellena begitu mudah bagiku saat itu. Evans, Miguel siapapun pria itu telah membuatku merasakan sakit hati untuk pertama kalinya. Dan sekarang, aku membuatmu melalui semua ini. Nicholas jika terjadi sesuatu dengan diri kamu, aku gak akan pernah bisa berhenti nyalahin diri aku sendiri."

"Aurora listen! Kamu tidak salah. Kamu hanya mencintai orang yang salah." Ucap Nicholas serasa memeluk dan membelai lembut rambut Aurora.

Aurora Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang