Duapuluh Delapan

75.7K 2.7K 74
                                    

Demi Tuhan.! Setelah pria itu membuatnya malu setengah mati gara gara adegan ciuman panas mereka berdua. Kini pria itu tampak biasa saja seperti tidak terjadi sesuatu.

Apa urat malu pria itu sudah putus.

"Kenapa diam saja baby.?"

Ucap Nicholas sembari sesekali mencuri kecupan singkat di bibir Aurora.

"Bisa tidak hentikan. Apa urat malumu sudah putus. Apa kau pikir kita sedang syuting drama roman picisan.,"

"Memang apa yang salah.,"

"Kau dari tadi menciumiku apa kau tidak malu di lihat orang banyak.,"

"Tidak.!"

Ucap Nicholas santai

Karena terlalu kesal ahirnya Aurora memilih untuk diam saja. Meladeni Nicholas tidak akan ada untungnya. Pria itu terlalu bebal dan tidak peka jadi apa untungnya jika ia protes. Toh nanti Nicholas jugaa tetap akan melakukan apa yang ia mau.

Sekarang Aurora bukan hanya kesal pada Nicholas yang jelas ia sangat marah.

Marah karena ia merasa di bohongi.

Sejak kapan Nicholas dan neneknya saling kenal satu sama lain.

Aurora butuh penjelasan yang jelas bukan hanya dari Nicholas tapi dari neneknya juga.

Aurora teramat sangat merindukan pria itu. Tapi, untuk mengakuinya rasanya terlalu gengsi.

"Bagaimana kabar anak anak Aurora.,"

Tanya Nicholas saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Kau masih ingat mereka. Aku kira kau sudah amnesia hingga melupakan mereka berdua.,"

"Sorry.,"

"Kau tau bagaimana susahnya Bria. Sejak daddynya menghilang Bria selalu saja rewel.,"

"Yaya memang aku salah. Sorry okay.,"

"Kenapa semua tampak mudah untukmu Nicholas. Kau tau ini rasanya tidak adil. Kau pergi begitu saja dengan mudah. Dan sekarang kau datang seolah olah tidak terjadi apa apa.,"

"Sorry.,"

"Apa tidak ada kata kata selain Maaf Nicholas.?!"

Bentak Aurora

Beruntunglah karena Nicholas menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengemudi. Jika tidak Aurora tidak tau akan seperti apa dirinya nanti.

"Lalu aku harus bagaimana.?"

"Pikir saja sendiri.!"

Ucap Aurora kemudian memalingkan wajahnya ke jendela.

Selama perjalanan menuju mansion Luisa suasana mobil yang di tumpangi Aurora dan Nicholas sangatlah hening.

Baik Aurora maupun Nicholas tidak ada yang ingin mengawali pembicaraan ter lebih dahulu.

Sejujurnya Aurora sangat membenci situasi seperti ini.

Jika boleh jujur. Ia sungguh ingin menanyakan kabar pria itu.

~~~~~

Setelah kejadian canggung yang mereka alami di mobil. Sampai saat mereka sudah berada di mansion tak ada satu pun dari mereka yang ingin mengawali pembicaraan terlebih dahulu.

"Bisa kita bicara sayang.,"

Ucap Nicholas yang di sertai ketukan pintu.

"Masuk saja. Tidak di kunci. Tunggu saja sebentar aku sedang manadi.,"

Aurora Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang