Empat Puluh Sembilan.

1.6K 97 2
                                    

Headquarter Royal Investigation, Stockholm Swedia.

Mereka sudah tiba.

Nicholas berhasil membawa gadisnya ke tempat aman. Aurora tampak lelah dan bingung.

"Kau baik-baik saja sayang? Sepertinya banyak sekali yang kau pikirkan." Tanya gadis itu seraya meremas lembut tangan Nicholas.

Hati Nicholas membuncah. Gesture se-simple ini pun berhasil membuat hatinya hangat.

"Kau butuh tidur Nicholas. Aku akan membuatkanmu segelas susu hangat." Aurora tersenyum hangat.

Apa yang harus Nicholas lakukan jika ia kehilangan wanita itu.

Hampir saja ia terlambat menyelamatankan Aurora.

"Apa yang kau khawatirkan sayang? Kenapa kau diam saja. Apakah aku mengganggumu?"

Nicholas menggeleng kemudian tersenyum. "Mendekatlah. Biarkan aku memelukmu." Ucap Nicholas berbalik kemudian memeluk Aurora yang ada di belakangnya. "Bisakah kau berjanji padaku sayang." Ucap Nicholas seraya menghidu wangi tubuh Aurora. "Apapun yang terjadi kau harus percaya padaku."

Aurora mendongak. Ia memandangi manik mata Nicholas. "Hey.., Aku selalu percaya padamu Nicholas." Bisik Aurora. "Menunduklah biarkan aku menciumu." Tambah Aurora lalu berjinjit dan mengecup pelan bibir pria yang ada di hadapannya itu.

"Nicholas."

"Ya."

"Aku tidak tau apa yang sedang terjadi. Tempat  aneh ini, Miguel, dan apapun yang sedang kamu lakukan bersama orang-orang itu, Aku tidak ingin tau. Aku hanya ingin kau berjanji padaku jika kau akan baik-baik saja. Nick bisakah kau berjanji padaku." Ucap Aurora seraya mengenggam kedua tangan kekasihnya itu.

"Ini sangat rumit sayang. Aku akan menjelaskan semuanya nanti. sebelum itu bisakah kau ikut denganku? Ada yang ingin aku tunjukan dan ada yang ingin kami tanyakan."

Aurora memandangi Nicholas heran. " Apa yang ingin kau tanyakan Nicholas."

"Kau akan tau nanti."

Aurora memandangi Nicholas sekilas heran. Entah pria itu akan membawanya kemana yang jelas pria itu membawanya memasuki sebuah lift. Pria itu menekan nomor kombinasi aneh. Lift yang mereka naiki perlahan naik. Tunggu...! Lift itu bukan naik, tapi lift itu perlahan turun.

Ruang bawah tanah? Batin Aurora.

Selang beberapa saat lift itu berhenti. Pemandangan pertama yang Aurora lihat begitu pintu lift terbuka adalah ruangan yang sangat besar dan luas. Di ruangan itu, tampak beberapa orang berlalu lalang. Ada yang tengah sibuk dengan beberapa berkas. Ada pula yang tengah sibuk dengan urusan yang Aurora tak pahami.

Di dalam ruangan itu tampak sibuk.

"Hey Nicholas." Teriak salah satu wanita berambut Pink mencolok. Wanita itu tampak asik dengan layar komputernya.

"Kau berhasil menjemput kekasihmu?" Tanya wanita itu ketika Aurora dan Nicholas terlah sampai di dekat tempat duduknya.

"Tentu saja." Jawab Nicholas sedikit pongah. "Sayang kenalkan dia adalah Wendy. Dan Wendy kenalkan Aurora." Tambah Nicholas.

"Aurora." Ucap Aurora sambil mengulurkan tangannya. "Wendy." Jawab wanita itu seraya membalas uluran tangan Aurora.

"Bisakah kita simpan obrolan basa-basi kita untuk nanti. Ada sesuatu yang harus kau lihat Nicholas." Ucap Wendy sambil mengutak-atik komputernya.

"Ini apa Wendy?" Tanya Nicholas ketika Wendy menampilkan tampilan aneh dari komputernya melalui proyektor.

Di layar besar depanya itu Aurora hanya bisa berasumsi jika hal yang Wendy tampilkan tampak seperti game online atau entah lah. Terlihat seperti situs judi..

Aurora Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang