Tepukan pelan membangunkan Nicholas dari tidur lelapnya. Senyuman seorang gadis cantik menyambutnya dengan ramah.
"Kita sudah sampai." Ucapnya seraya berbisik.
"Apa aku tidur?" Tanya Nicholas masih setengah sadar. "Ya. Kamu tidur nyenyak sekali Nicholas. Kita sudah sampai sejak beberapa menit yang lalu." Ujarnya tepat di depan Nicholas.
Senyuman Aurora sangat cantik. Beberapa hal Ia sadari ketika ia bersama gadis itu. Senyumannya yang cantik, suranya yang lembut terdengar menyenangkan. Belum lagi tawa renyah dan tatapan malu-malu gadis itu membuat banyak kupu-kupu berterbengan dalam perutnya. Keinginan untuk memiliki gadis itu semakin besar ketika Nicholas menemukan gadis itu membangunkannya ketika tidur. Bagaimana rasanya jika ia mendapatkan sapaan itu ketika ia bangun tidur setiap harinya. Bagaimana rasanya menemukan wajah tenang dan teduh gadis itu ketika ia membuka pintu kamarnya setelah kerja setiap malam tiba.
Nicholas salah tingkah. Hamper saja ia jatuh ketika hendak keluar dari privat jet miliknya. "Nicholas are you okay? Wajah kemu memerah apa kamu demam." Tanyanya polos seraya menyentuh kening Nicholas yang sama sekali tidak demam.
SIAL! Nicholas semakin salah tingkah ketika mendengar namanya di sebut oleh gadis itu. Apa yang salah dengan tubuhnya? Pikir Nicholas.
"Jemputan kita sudah sampai Sir." Ucap Fischer menyadarkan Nicholas dari salah tingkahnya.
Mobil Bentley Mulsanne jemputan mereka sudah tiba. Fishcher mengambil alih kemudi dan mempersilahkan Nicholas dan Aurora memasuki mobil itu sebelum ia memasuki mobil itu. Nicholas terdiam sepanjang perjalanan. Ia begitu banyak berpikir. Apa yang harus ia lakukan untuk menyenangkan gadis di sampingnya itu. Uang bukanlah hal penting untuk gadis itu. Selama ini ia begitu mudah menyenangkan wanita dengan segudang uang yang ia miliki. Tapi Aurora pengecualian. Gadis ini jelas tidak memerlukan uangnya.
Satu ton berlian atau penthouse termewah di newyork tidak akan menyenangkan wanita itu. Nicholas menghela napas. Mendadak ia panic. Apakah membawa gadis itu mendatangi resor ski miliknya adalah hal yang tepat. Lagi-lagi Nicholas menghela napas.
"Haruskah kita kembali.?" Tanya Nicholas pada Aurora tiba-tiba.
"Apa kamu memiliki sesuatu yang harus kamu kerjakan di New York? Jika kamu ingin kembali aku tidak masalah." Ucap Aurora.
"Well. Aku tidak memiliki jadwal apapun. Aku hanya tidak mau memaksa kamu jika memang kamu ingin kembali kita bisa kembali." Ucap Nicholas pura-pura bijaksana.
"Kita sudah ada di sini Nicholas. Aku rasa sehari dua hari menghabiskan waktu di Colorado tidaklah masalah." Ucap Aurora berhasil membuat kupu-kupu di perut Nicholas semakin banyak.
"Tapi kita memiliki masalah Aurora."
"Apa itu."
"Kita hanya memiliki satu kamar di sana." Ucap Nicholas bohong. Nicholas sudah memberi tahu beberapa anak buahnya sebelum pesawat mereka take of untuk membuat semua kamar di resor itu terlihat rusak kecuali kamar utama. Ia tidak akan membiarkan waktu berduaan dengan Aurora terganggu hanya karena mereka tidak tidur satu ranjang. Well ia tidak perduli jika ia terlihat seperti kadal gurun.
"YOU MUST BE KIDDING ME RIGHT!"
"Tidak! Aku tidak berbohong." Ucap Nicholas bohong.
"Kita akan tidur bersama?" Tanya Aurora dengan tatapan tidak percaya .
"Technically yes. Tapi aku akan tidur di sofa jika kamu merasa ridak nyaman satu ranjang dengan aku." Nicholas juga sudah meminta anak buahnya untuk memindah sofa yang ada di master bedroom. Bagaimanapun caranya di kamar itu hanya ada satu ranjang besar untuk mereka dan beberapa nakas. "Aku tidak akan membiarkan pemilik rumah untuk tidur di sofa Nicholas! Aku tidak setega itu. Biar aku saja yang tidur di sofa. Okay." Ujar Aurora terlihat polos.
"Well jika itu yang kamu mau tentu saja tidak masalah. Aku akan dengan senang hati memberikan sofa itu untuk kamu." Ucap Nicolas pura-pura melihat jendela untuk menghindari tatapan gadis itu.
"What a lucky day." Bisik Nicholas dengan senyum liciknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora Is Mine
RomansaAurora Kiera Loredan Wanita berparas cantik, memiliki khidupan sempurna dan juga memiliki segalanya . Harus menghadapi kenyataan pahit. Penghianatan dari calon tunanganya. Yang terpergok berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Ketika hatinya teng...