Tujuh

143K 4.2K 18
                                    

"Good morning Sir." Sapa seorang pria berperawakan besar seraya membuka pintu penumpang mobil Rolls-Royce Phantom berwarna hitam yang Nicholas kenali sebagai supir pribadi serta bodyguard-nya. "Pagi Fischer."

Pagi ini kepala dan tubuhnya terasa berat. Hangover membuat kepalanya teras berat. "Ginger tea Sir." Ujar Fischer seraya mengulurkan satu cup ginger tea untuk bosnya. "Thanks Fischer." Ucap Nicholas ketika menerima reusable cup dari supirnya itu. "I was barely just surviving, Fischer. Thanks for the tea." Ujar Nicholas begitu meminum teh jahe hangat yang saat ini berada di genggamannya itu.

Pagi ini ia tak langsung menuju kantornya. Ia memiliki jadwal meeting dengan Dominic Loredan serta ayahnya, Derek untuk membahas project kerja sama. Luksemburg Project bukan lah project besar yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Ia bisa saja melakukan ekspansi bisnis sendiri tanpa harus berkerja sama dengan Loredan tapi ayahnya memaksa untuk melakukan project ini. Entah apa alasan di baliknya tapi yang jelas menyuruhnya untuk mengurus proyek remeh dan tidak masuk akal ini agak membuat Nicholas kesal. Ia bisa saja meminta anak buahnya untuk mengerjakan ini tapi sekali lagi pria tua yang kerap ia panggil Dad itu tidak mengijinkannya.

Saat sampai di gedung perkantoran setinngi 1.268 kaki dengan 73 lantai itu. Frodo dan Edison sudah menunggunya di lobby gedung itu. Kedua pria itu tampak asik dengan obrolan mereka. Tapi ada satu hal yang menarik penglihatan Nicholas. siluet seorang wanita yang tengah asik dengan ponselnya di depan lift khusus petinggi kantor itu. Nicholas tersenyum licik. Entah bumi ini yang terlalu kecil atau dewi fortuna tengah berpihak padanya. Nicholas berjalan tergesa agar ia dapat menghampiri wanita itu tanpa memperdulikan kedua sahabatnya itu yang menatapinya dengan tatapan heran. "Hei." Sapa Nicholas begitu berdiri di sebelah wanita itu.

Wanita itu menoleh. Ia memandangi Nicholas dengan tatapan datar. Cantik! Pikir Nicholas spontan. Dengan pakaian biasa yang semalam wanita itu pakai atau pakaian yang saat ini tertutupi dengan coat tebalnya wanita di sebelahnya ini tetaplah menarik. "Do I know you, Sir?" Tanya wanita itu dengan nada yang canggung. Nicholas tersenyum sekilas. "Kamu tau tatapan inosenmu itu sangat mengganggu. Kau tidak mengingatku?" Tanya Nicholas.

"Untuk ukuran orang yang baru anda temui dua kali lidah anda sungguh sangat tajam." Ucap wanita di sampingnya itu masih sibuk dengan ponselnya.

"Apa sebegitu menariknya-," ucapan Nicholas terpotong ketika kedua sahabatnya Froddo dan Edison menghampiri mereka.

"Good morning sexy lady bermulut tajam." Sapa Edison pada wanita di sebelahnya itu.

"Selamat pagi juga pria hidung belang." Ucap wanita itu sarkastik yang membuat Nicholas tersenyum tipis. "Kau tau kau tak perlu sekasar itu Aurora. Semua yang terjadi semalam itu tak lebih dari sebuah kesalahpahaman." Ucap Edison.

"Kau tau aku tidak memerlukan penjelasan. Itu bukan masalah yang perlu aku tangani. Aku terlalu sibuk untuk mengurus kisah cintamu dan Laura." Ucap Aurora memasuki lift. Nicholas tersenyum ketika mereka berada di bagian lift paling belakang. Beberapa pemegang saham dan terlihat juga ayahnya beserta Dominic memasuki lift yang sama. Ia dan gadis itu terhimpit di bagian belakang harum tubuhnya seakan menghipnotis Nicholas. Tatapan sayu dan tidak perdulian gadis itu membuat Nicholas ingin menerkamnya. Ting! Pintu lift itu pun terbuka dengan sedikit tak rela ia memandangi punggung wanita itu ketika keluar lift.

She's mine bisik Nicholas yang berhasil di dengar Edison yang kebetulan berdiri di sebelahnya. "Kau tau wanita itu bukan milik siapapun! Well, technically yang memiliki wanita itu Dominic dan Carley." Bisik Edison. "Carley akan membunuhmu Nicholas jika kau mempermainkan adiknya."

"Apa aku terlihat akan mempermainkannya?" Tanya Nicholas. Edison melirik sejenak. Ia menghela napasnya seraya melihat tatapan Nicholas yang terlihat seperti singa yang lapar. "Kau bisa bermain dengan siapapun Nicholas. Tapi tidak dengan adik sahabatmu sendiri. Aku tidak akan membiarkan dua anggota penting RIS bertengkar hanya karena seorang wanita. Bukan kah harusnya kau menyadari kenapa Carley tidak pernah menceritakan tentang adiknya padamu karena ia sangat paham bagaimana sifatmu. Kau sangat menyukai wanita cantik Nicholas."

"Kalian membicarakan aku?" Tanya Carley tiba-tiba dari belakang mereka. 

Nicholas memasuki meeting room gedung itu. Nicholas mengenali beberapa orang yang sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Ia duduk di sisi paling ujung bersama dengan Derek-ayahnya dan Dominic. Di sisi samping kanannya terlihat masih kosong. Meeting room itu sudah terlihat lengkap setiap kursi sudah telihat terisi. Hanya satu kursi di sisi kananya yang terlihat masih kosong. Nicholas benci menunggu. Waktu satu detik miliknya sangatlah berharga dan ia beserta semua orang di ruangan ini bukan lah orang yang tidak memiliki pekerjaan. Ketika ia hendak protes barulah ada dua orang yang terlihat memasuki ruangan itu. Seorang wanita cantik di temani salah seorang asisten.

Well aku tidak akan protes jika dibuat menunggu yang satu ini.

Wanita itu berjalan dengan percaya diri. Coat yang tadi menutupi bentuk tubuh indah itu sudah tidak ada. Wanita itu tampak cantik dan anggun dengan maxi dressnya. Ia duduk di sebelah kanannya sedikit harum lembut terhidu di penciumannya. Seakan terhipnotis Nicholas secara tak sadar berbisik

She's mine.

 Derek yang mendengar putranya berbisik demikian sedikit tergelak. Ia menoleh memandangi putranya yang saat ini memandangi putri sahabatnya itu dengan tatapan lapar. "Kau akan terlihat mesum Son jika tidak mengalihkan pandanganmu." Putranya itu menoleh dengan terkejut. "Dad!" Derek tersenyum sekilas.

"I can't hardly think, Dad. Dia cantik sekali pagi ini." Bisik Nicholas yang membuat Derek terkekeh pelan. 

Aurora Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang