Empatpuluh Satu

29.5K 1.6K 99
                                    

Wahh senang sekali rasanya, pagi itu Aurora memutuskan keluar penthouse. Pikiranya penuh sesak. Tapi begitu merasakan udara pagi itu. Penat yang seakan menumpuk. Pelahan lahan berkurang.

Perasaan penat itu. Mungkin juga di rasakan kedua anjing milik Nicholas. Bria dan Rowan juga terlihat senang.

"Hey.," terdengar suara teriakan. Tapi siapa pemilik suara itu. Saat Aurora menengok kiri kanan. Tak ada satu orang pun yang berada dekat denganya.

Berbagai macam sekenario buruk berputar di otaknya. Bagaimana jika ada setan dan yang lain lain.

"Hey tunggu.," Teriak suara itu terdengar semakin dekat.

Aku gak berani nengok ke belakang.

"Kau Aurora kan.? Tunggu.," kata suara itu terdengar akrab.

"Aurora jika benar itu kau. Bisakah kau menengok. Ini aku Evans.,"

Tunggu dulu! Apa katanya tadi. Evans..

Dengan keberanian yang tinggal se ujung jari. Ahirnya Aurora membalikan badannya. Dan saat menemukan siapa pria yang tadi memanggilnya. Mendadak isi kepala Aurora terasa penuh dengan pertanyaan.

Untuk apa pria itu di sini.

"Jadi itu benar kau. Rasa rasanya saat aku melihat siluetmu tadi terlihat akrab. Makanya aku memutuskan memanggilmu. Maaf jika mengejutkan.,"

Kata Evans. Pria itu terlihat seperti biasa. Tidak ada kesan jika pria itu orang jahat. Evans jauh dari kesan pria nakal.

Itu lah yang dulu Aurora lihat. Tapi entah, kenapa sekarang ia merasa jika Evans tidak sebaik itu. Ada sesuatu yang aneh mengenai pria ini. Tapi apa.?

"Kenapa kau di sini.," Tanya Aurora dingin.

"Memulihkan diriku dan hatiku. Aku butuh tempat tenang. Bagaimana perasaanmu jika calon istrimu akan menikah dengan pria lain.,"

"Tidak perlu aku jawab kan. Bukannya yang harus menanyakan hal seperti itu adalah aku. Lagi pula. Dari sekian ratus juta manusia di bumi ini. Kenapa Aku harus bertemu denganmu.,"

"Maafkan aku atas apa yang terjadi terahir kali. Aku masih tetap Evans yang mencintaimu Aurora. Kau harus percaya itu.,"

"Bulshit.! Baru saja kau bilang menyembuhkan hatimu. Sekarang kau bilang cinta padaku. Haha dasar laki laki.," kata Aurora sambil tertawa gamang.

"Sejak kapan kau plihara anjing Aurora.?" Tanya Evans mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak ingin basa basi denganmu. Aku harus kembali ke penthouse. Semoga kita tidak ketemu lagi. Bye.,"

"Haha. Kau pikir kau se sempurna itu heh.," Ujar Evans dengan nanda bicara yang sama sekali belum pernah Aurora dengar.

"Aku tidak pernah mengatakan kalau aku sempurna.," jawab Aurora menghentikan niatnya untuk berjalan menjauhi pria itu.

Astaga.. kelakuan buruk apa yang dulu pernah aku lakukan. Kenapa dulu aku suka pria seperti ini.

"Kau pikir, karena kau anak Dominic. Semua pria akan bertekuk lutut padamu. Huhh muak sekali rasanya bersandiwara di depan wanita lemah sok suci sepertimu.," kata Evans sambil menatap Aurora dengan pandangan jijik.

Aurora Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang