empat

153K 4.4K 17
                                    

Malamnya Aurora terbangun dengan keadaan leher yang begitu pegal. Ia tertidur ketika merampungkan berkas untuk meeting esok hari. Ia menengok ke sisi dinding sebelah kanannya. Jam menunjukan pukul 2 dini hari, Ruang kerja milik ayahnya itu tampak menenangkan. Belakangan ini ia begitu gila kerja. Tidak ada salahnya sebenarnya menjadi gila kerja untuk sesaat. Akan tetaapi ayah dan ibunya tidak menyukai ketika ia terlalu ambisius dalam urusan pekerjaan.

Sudah hampir 3 jam lamanya ia tertidur,

Aurora memerlukan ponselnya. Ia perlu melihat apakah beberapa anak buah menghubunginya. Project ini sangat penting untuk ayah dan kakaknya. Luksemburg Project adalah project yang memiliki tempat khusus dalam kehidupan ayahnya. Ia tidak nisa mengacaukan pekerjaan ini hanya karena ia tengah patah hati berat. Setelah mencari-cari akhirnya ia berhasil menemukan ponselnya bi bawah tumpukan dokumen. 7 missed call?

Laura?

Untuk apa sahabatnya itu menghubunginya di tengah malam begini. Apakah ada sesuatu yang tidak beres. Ya Tuhan, ada apa lagi dengan anak itu. Tanpa pikir panjang langsung saja Aurora menghubunginya.

Tuuut..... Tuut. Hiks...hiks.. Auroraaaaaa help me....!

Ucap Laura di sebrang sana. Ohh Tuhan, drama apa lagi ini. Keluh Aurora dalam hati. "Halo.." Ucapnya malas

"Aurora hiks hiks.. " Please not today Laura.

"Kau tau kan ini tengah malam. selain kau mengganggu waktu istirahatku kau juga berpotensi mengganggu pekerjaanku. Kau bisa menghubungi supirmu jika kau mabuk."

"Aku tidak mabuk Aurora. Jemput aku tolong. Ak.. AKU ."

"Laura apa ada yang tidak beres.? Ada apaa.. Kenapa. Kau harus memberiku alasan agar aku sudi menjemputmu.?"

"Dia dengan wanita lain Aurora. Dia meninggalkan aku demi wanita itu Aurora hiks..hiks.."

APAAAAA.....? Sial.!

"Haloo. Laura kau ada di mana sekarang.? Aku akan ke sana sekarang tunggu aku.! Jangan kemana mana tetap di situ.!"

"Aku kacau. Tidak mungkin aku keluar dengan keadaan seperti ini Aurora. Aku masih di dalam kamar mandi club malam tempat bisa kami bertemu.."

Tanpa pikir panjang lari lari ke kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya yang berada di nkas dekat tempat tidur.

Langsung ia sambar kunci mobil miliknya begitu ia memasuki kamarnya. Tidak ia perdulikan juga bagaimana penampilan ia malam itu. Baju rumahan, sendal rumahan dan rambutnya yang berantakan. Sahabat karibnya lah yang paling pentung sekarang.

Aurora menuruni tangga melingkar mansion mewahnya dengan terburu-buru. "Kalian belum tidur?" Tanya Aurora menemukan papa dan mamanya tengah menonton Ferris Bueller's Day Off. Di layar besar itu tampak Matthew Broderick yang terlihat berkarisma pada masanya.

"Sayang kamu mau ke mana.? Ini sudah jam berapa.?" Tanya Amanda ketika menemukan putrinya menuruni tangga tergesa-gesa.

"Aurora harus pergi ma. Ada yang tidak beres dengan Laura. Aurora harus menemui dia sekarang.!"

"Dalton? Putrinya Vincentius Dalton?" Tanya Dominic.

"Ya Papa. Ma, Pa aurora harus buru-buru pergi.!"

"Ya sudah cepat sana susul Laura.!"

"Baik Ma. Ma, Pa pergi dulu.."

"Hati sayang jangan ugal-ugalan,," Ucap Amanda

"Hati-hati nakk.." Teriak Dominc sembari menoleh ke belakang memandangi anak perempuannya yang sudah menghilang di balik pilar ruang tengah mereka.

Dengan tergesa Aurora keluar menuju garasi yang ada di sisi kanan mansion. Ia memasuki mobilnya dengan sembarangan dan mulai menyalakan mobil Bugatti Veyron miliknya. Ia mengemudikan mobilnya mengintari airmancur yang ada di halaman rumahnya. Gerbang otomatis yang ada di sisi terluar mansion terbuka dengan sendirinya. Tampaknya jalanan malam itu sangat berpihak padanya. Mungkin karena sudah terlalu larut jalanan itu tampak lenggang. Hanya ada satu dua buah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Tampak juga taxi yang sedang berhenti di bahu jalan untuk menurunkan beberapa penumpang.

Aurora Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang