Part 42

2.4K 268 34
                                    

Hujan deras mengguyur Jakarta bagian Utara itu. Aldebaran dan Andin masih terlelap. Tepat pukul 4 pagi, pria yang masih full naked itu menarik selimut saat indra perasanya merasakan dingin. Ditambah dengan AC yang terus-terusan menyala dari malam membuat suasana semakin dingin.

Andin merasakan selimut berwarna ungu itu ditarik oleh suaminya. Wanita itu bangun dan melirik suaminya.

"Nyenyak banget, padahal belum mandi" ucapnya.

Andin bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Dia segera membersihkan diri.

Aldebaran berbalik badan, perlahan dia membuka kedua netranya. Dia membulatkan kedua matanya saat melihat tak ada Andin di sebelahnya. Aldebaran memposisikan dirinya untuk duduk dan bersandar di headboard.

"Andin!" seru Al memanggil nama wanita yang tengah mandi itu.

Tak lama Andin keluar kamar mandi dengan bathtrobe putihnya berjalan ke tempat tidurnya. Aldebaran memandangi istrinya. Mulutnya terbungkam sambil menelan saliva nya kasar.

"Udah bangun mas?" tanya Andin.
"Kamu kenapa udah mandi?" tanya Aldebaran.

Andin duduk di sebelah sang suami.

"Tadi aku kebangun, daripada kesiangan jadi aku mandi deh" ucap Andin.
"Padahal kan saya mau mandi sama kamu" ucap Aldebaran.
"Kamu masih tidur tadi, aku ga tega bangunin" ucap Andin.

Aldebaran menyenderkan kepalanya di pundak Andin. Wanita itu mengalungi leher Aldebaran dengan tangan kanannya. Jemarinya yang sedikit bantet itu mengelus-elus rambut sang suami.

"Hmm manja.." ucap Andin.
"Saya gaboleh manja nih?" tanya Al.
"Ihh ga malu, Arthur aja yang bayi ngga manja" ucap Andin.

"Ngapain harus malu, kan ngga telanjang di jalanan" ucap Al.
"Ih apasih" ucap Andin mengelitiki pinggang Aldebaran.

Aldebaran menghindari kelitikan itu dan membalas apa yang dilakukan sang istri. Andin memukul-mukul tangan sang suami yang berusaha membuatnya tertawa lebar.

"Udah sana mandi mass" ucap Andin.
"Gak mau" ucap Al.
"Mandi sana ih, udah siang nanti ga shubuhan loh" ucap Andin.
"Kan gara-gara kamu" ucap Al.

Andin memukul Aldebaran dengan bantal yang berada tak jauh darinya, "Kok gara-gara aku sih?" tanyanya.

"Ya gara-gara kamu ngga ngajak saya mandi" ucap Al.
"Sana mandi ih, udah jam berapa ini kamu ga shubuhan?" ucap Andin kesal.

"Iya-iya saya mandi, salah sendiri" ucap Al.
"Udah sana mandi gausah diungkit-ungkit lagii" ucap Andin.
"Iyaa awas saya mau lewat" ucap Aldebaran.
"Kan lewat sana bisa.." ucap Andin.

Aldebaran bangkit dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Andin hanya geleng-geleng kepala saat melihat betapa manjanya Al terhadap dirinya.

---

Andin sudah duduk di meja makan bersama kedua mertuanya serta adik ipar yang sering jahil itu. Dimana Aldebaran? Pria itu masih berada di kamarnya.

"Al mana Ndin? Ngga sarapan dia?" tanya Roy.
"Masih di kamar" jawab Andin yang sedang mengambil lauk di piringnya.

"Ga ngantor dia?" tanya Roy lagi.
"Ngga tau tuh, ngga kayanya.." balas Andin.

"Tumben" satu kata yang diucap Papa Hartawan saat mendengar putra sulungnya tidak pergi ke kantor di hari Rabu.

"Papa apa sih? Biarin aja Al ngga ngantor, siapa tau dia mau ngabisin waktunya di rumah.." ucap Mama Rossa.
"Ya tumben aja ma, biasanya kan Al suka ngantor" ucap Papa Hartawan.

FOREVER : ALADIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang