41. Flashback

1.8K 329 14
                                    


"Apa Unnieku baik baik saja?"

"Nee, Nona tidak perlu khawatir. Nona Jisoo hanya mengalami cedera di bagian kakinya." Mendengar perkataan dari Jaemin belum bisa membuat Chaeyoung merasa tenang.

Kakaknya terluka, Chaeyoung ingin ada di sana tapi gadis itu tak bisa. Ia hanya menghela nafas kasar dan menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi, "Arraseo, Jaemin-ssi. Kabari aku jika terjadi sesuatu."

"Baik, Nona. Selamat malam." Chaeyoung mematikan panggilannya dengan Jaemin. Meletakkan ponselnya di atas meja.

Chaeyoung mendongakkan kepalanya melihat langit malam kelabu, "Sudah berakhir. ." Lirih Chaeyoung tapi isi kepala gadis itu sangat berkecamuk.

Ia memang marah pada Chanyeol namun ia tau, Yewon tidak bersalah. Ia khawatir dengan adiknya itu. Bagaimana keadaannya?

~~~

"Jika dia bangun dan kembali mengamuk, kau bisa memberinya obat penenang."

"Tapi bagaimana jika itu memburuk?"

"Tidak ada cara lain, tuan. Kau harus membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan."

Perkataan dokter beberapa jam yang lalu begitu memenuhi kepala lelaki bertubuh tinggi itu.

Chanyeol dengan tangan yang di lipat di depan dada hanya menatap sendu adiknya yang tengah tertidur dengan tenang.

"Maafkan aku, Yewon-ah. Aku tak dapat menjaga Sowon dengan baik." Chanyeol bertutur dengan suara seraknya.

"Seharusnya, aku ada untuk kalian berdua saat itu. 'Seharusnya. .' Kenapa semuanya harus berakhir seharusnya. ." Chanyeol menunduk, hati Kakak dari dua adik itu tergores. Di mana ia kehilangan Sowon dan sakitnya Yewon.

~Flashback~

Yewon bergetar memegang raport semesternya yang sudah keluar. Ia kembali menduduki posisi Dua belas.

Yewon menelan salivanya dengan susah payah, ayahnya di rumah. Ayahnya pasti tau jika anak anaknya akan menerima raport hari ini.

"Sowon, appa benar benar bangga denganmu. Kau bisa menduduki peringkat pertama, itu sangat luar biasa!" Ujar Tuan Park dengan antusias sedangkan Sowon hanya tersenyum.

"Yewon, kau sudah pulang nak?" Yewon menegang, ia menatap ibunya dengan gugup.

"E-eomma. ."

Nyonya Park berdiri di hadapan Yewon, memerhatikan anaknya yang terlihat tak tenang. Nyonya Park melirik raport Yewon.

Nyonya Park hanya tersenyum dan mengelus pundak Yewon, "cepat naik ke kamarmu dan istira—"

"Dimana raportmu, Yewon?" Tiba tiba saja tuan Park muncul di belakang Nyonya park.

"A-appa. ."

Tuan Park langsung merebut hasil raport Yewon. Tatapan pria itu mulai tajam, ia menatap Yewon yang sudah menunduk.

"Sayang, itu sudah biasa. Yewon telah berusaha semampu—"

"Jangan kau bela anak bodoh ini! Dia memalukan reputasiku!" Sela tuan Park membentak.

"Hei, dua belas bukan peringkat yang buruk. Jangan memarahinya." Nyonya Park mendorong pelan suaminya untuk mundur namun tuan Park segera menarik Yewon membuat gadis itu meringis kesakitan.

SAMÉ {REVISION}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang