Karleen terperangah kaget ketika Harry membawa masuk mobilnya ke dalam kawasan Bandara tepat di dekat Jet Pribadi yang telah siap untuk digunakan oleh sang pemiliknya.
"Ayo keluar Karl, kemarikan tasmu." ucap Harry melepas sabuk pengaman dan menoleh pada Karleen yang kini menggelengkan kepalanya pelan sambil melepas sabuk pengaman.
"Tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri."
"Santai saja, kemarikan." ucap Harry tersenyum meyakinkan yang mana membuat Karleen dengan ragu memberikan ransel miliknya pada pria tersebut. "Ayo keluar, Karl." lanjutnya melangkah keluar mobil terlebih dahulu yang langsung diikuti oleh gadis tersebut.
Gadis itu beberapa kali mengerjap kagum ketika Harry menarik lembut tangannya untuk melangkah menaiki undakan tangga jet dan ia meneguk ludah mendapatkan sambutan ramah dari beberapa pramugari yang telah berada di dalam sana.
Karleen melangkah mengikuti Harry yang membawanya masuk ke dalam jet pribadinya dan ia menurut saat pria itu menyuruhnya untuk terduduk di salah satu kursi penumpang.
Ia benar-benar kagum melihat desain jet tersebut yang berdominasi warna putih tulang dengan beberapa kursi penumpang yang kosong. Kursinya bahkan terasa lebih nyaman daripada kursi pesawat biasa yang pernah Karleen tumpangi.
Toh, ia bahkan hanya pernah satu kali menaiki pesawat. Yaitu pada saat dirinya berumur delapan tahun tepat saat dirinya dibawa pergi oleh neneknya untuk tinggal di Birmingham. Sangat menyedihkan jika Karleen kenbali mengingat masa lalunya.
Gadis itu tersentak saat sesuatu menekan perut bawahnya dan ia mematung ketika Harry ternyata telah berada di hadapannya dengan senyuman ramah seperti biasa.
"Kau sedari tadi terus melamun, apa kau tak suka aku membawamu pergi?" tanyanya terlihat merasa bersalah pada Karleen yang terus terdiam bahkan tak sadar jika dirinya sedang di pasangkan sabuk pengaman oleh pria itu.
"T-tidak, tentu aku senang bisa mendapatkan orang tua baru." ucap Karleen pada Harry yang kini terduduk di sampingnya sambil memasangkan sabuk pengaman.
"Lebih tepatnya hanya ayah, kau tak punya ibu dariku." sahut Harry menoleh pada Karleen yang kini terdiam lalu tersenyum canggung mendengarnya.
"Kau belum punya istri?"
"Seperti yang kau lihat, jika aku punya aku tak akan membawamu dari panti asuhan, bukan?" Karleen terkekeh bodoh menyadari pertanyaannya sendiri lalu mengangguk pada Harry yang terdiam memperhatikan wajahnya lekat.
"Maafkan aku."
"Jangan meminta maaf, kau tak membuat kesalahan apapun." ucap Harry tersenyum lembut pada Karleen yang mematung menyadari betapa tampannya pria tersebut.
"Kenapa? Aku tampan?" Karleen terbelalak kaget mendengar pertanyaan frontal Harry yang kini langsung terbahak melihat wajah terkejut gadis tersebut. "Maafkan aku, aku tak bermaksud membuatku malu." lanjutnya mengelus bahu gadis itu yang sempat menunduk untuk menahan malu.
Suara pemberitahuan dari pilot menghentikan pembicaraan Harry bersama Karleen yang kini terdiam ketika mendengar jika pesawat akan segera terbang dan mengharapkan penumpang untuk bersiap.
Kali ini tak ada lagi pembicaraan selama penerbangan berlangsung. Karleen hanya terdiam sambil memperhatikan langit juga awan yang terlihat dari balik jendela pesawat di sampingnya.
"Apa kau lapar?" tanya Harry yang berhasil mengalihkan pandangan Karleen yang kini langsung menoleh padanya. Ia menunduk malu ingin mengatakan 'ya' pada pria tersebut yang kini terkekeh pelan menyadari perilaku diamnya. "Jangan malu, katakan saja jika kau lapar." lanjutnya mengacak gemas rambut gadis tersebut yang terurai.

KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MAN [H.S]
FanfictionJika kau berpikir memilih hubungan dengan pria kaya raya itu beruntung, maka kau salah. Karena jika kau tak punya apapun, maka mereka akan memperbudak dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Kasta sangat dipentingkan dalam pertemanan orang kaya dan...