Bohong, Harry benar-benar bohong setelah berkata akan segera membawa Karleen kembali ke dalam rumah karena buktinya selama dua minggu lebih gadis itu masih tetap tinggal di paviliun bersama para pelayan.
Bahkan jatah makannya tak teratur seperti dulu akibat Amber yang terlalu sibuk melayani Tuan rumah dan jarak yang cukup jauh membuat Karleen meraea kasihan akan jadwal pelayan yang harus mengantarkannya makanan setiap 3 kali sehari.
"Oh lihat, kau hanya tinggal menghitung hari hanya untuk menunggu ditendang dari rumah ini." sahut Brenda yang baru saja masuk ke dalam paviliun dengan pakaian pelayannya.
Karleen menaikkan salah satu alisnya heran ketika Brenda terduduk di atas sofa yang berada di seberangnya dan terduduk dengan gaya angkuh layaknya penguasa di dalam rumah.
"Sudah merasa serata sekarang?" tanyanya tersenyum mengejek pada Karleen yang kini tersenyum miring lalu bersedekap memperhatikan gadis tersebut dengan tatapan menantang.
"Kau bahkan juga pernah menjadi pemuasnya." ucap Karleen menyindir yang mana hal itu berhasil membuat Brenda terdiam memandang gadis tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Setidaknya aku tak pernah diusir dari rumah dan dipindahkan ke paviliun selama menjadi teman tidurnya."
"Sama saja, apa bedanya? Bedanya aku tak berakhir menjadi pelayan di rumah ini." ucapan Karleen berhasil membuat Brenda beringsut berdiri dan mengepalkan tangan kuat memandang gadis tersebut dengan penuh emosi.
"Jaga bicaramu, jalang!"
"Kau juga, mantan pelacur." balas Karleen mulai terpancing emosi dan tersenyum puas melihat kepergian gadis tersebut yang sepertinya masih sedang dikuasai emosi.
Gadis itu menoleh memperhatikan jendela yang berada di dekat pintu masuk dan tersenyum miris menyadari jika perkataan Brenda memang tidak salah karena cepat atau lambat pasti ia akan segera diusir dari rumah ini.
Suara deringan ponsel mengalihkan pandangan Karleen yang segera meraih benda tersebut dari atas meja dan ia memutar pandangan memastikan keadaan sekitar sepi sebelum mengangkat panggilan tersebut.
"Ya Sam?" ucapnya beringsut berdiri lalu melangkah keluar dari dalam pavilun dan menoleh memastikan jika tak ada seorang pun yang menguping pembicaraannya.
"Halo ibu hamil, aku berniat mengajakmu ke karnaval malam dan mencari makanan yang sedang diidamkan oleh sang bayi."
Karleen menghentikan langkah mendengar perkataan Samuel dan merunduk memperhatikan perut ratanya. Oh lihat, bahkan malah pria lain yang memanjakan bayinya.
"Kau masih di sana?"
"Ah, tentu. Aku akan mengambil tasku terlebih dahulu dan kita bertemu di sana saja." ucap Karleen berbalik untuk melangkah cepat menuju bangunan paviliun.
"Tak perlu Karl, aku akan menjemputmu di halte biasa. Bagaimana?"
"Baik, aku segera ke sana. Sampai jumpa, Sam." ucapnya mematikan sambungan telepon lalu melangkah masuk ke dalam paviliun menuju kamar miliknya yang berada di ujung lorong.
Tangannya bergerak membuka salah satu pintu ruangan dan gadis itu tersenyum pada Amber yang sedang melipat pakaian miliknya di atas ranjang.
"Kau mau ke mana, nona?" tanyanya heran ketika melihat Karleen meraih mantel dari dalam lemari beserta dompet untuk dimasukkan ke dalam saku mantelnya.
"Aku ingin pergi keluar sebentar, Amber."
"Serius? Ingin ku temani? Aku khawatir dengan bayimu. Dia masih rentan, Karl. Kau harus lebih hati-hati meskipun hanya untuk berjalan." ucap Amber beringsut turun dari ranjang mereka lalu melangkah mendekati Karleen.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MAN [H.S]
FanfictionJika kau berpikir memilih hubungan dengan pria kaya raya itu beruntung, maka kau salah. Karena jika kau tak punya apapun, maka mereka akan memperbudak dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Kasta sangat dipentingkan dalam pertemanan orang kaya dan...