Chapter 24

237 33 181
                                    

Karleen terbangun ketika merasakan kecupan lembut pada salah satu telapak kakinya dan ia membuka matanya yang menyipit menemukan Harry yang kini menoleh disertai senyuman lebarnya yang sangat gadis itu rindukan.

"Selamat pagi, Karleen. Waktunya sarapan." ucapnya beringsut berdiri setelah membereskan kotak p3k lalu melangkah ke sisi ranjang seraya memasukkan kotak tersebut ke dalam laci nakas.

Pandangan Karleen beralih pada perban baru yang melilit salah satu kakinya dan gadis itu menoleh pada Harry yang terduduk di sisi ranjang dengan nampan berisi satu piring daging sapi juga segelas susu di atasnya.

"Di mana Amber?"

"Dia sedang membersihkan rumah." ucap Harry sembari memotong daging tersebut menggunakan pisau lalu menusuk salah satu potong dengan garpu. "Buka mulutmu." lanjutnya memerintah Karleen yang perlahan membuka mulut untuk menerima suapan itu.

"Ke mana Allyson?"

"Dia sedang pergi keluar menemui kliennya. Hari ini kau bisa bebas keluar rumah ataupun pergi bersamaku." Karleen benar-benar menahan amarah mendengar perkataan enteng Harry yang menanggap jika gadis itu benar-benar hanyalah pelampiasan untuknya.

"Aku tidak mau."

"Baiklah, kalau begitu aku akan menemanimu di sini." ucapnya kembali memberikan suapan pada Karleen yang anehnya tetap menerima meskipun dengan wajah keras menahan amarah.

"Tidak perlu." Harry terkekeh mendengar nada sinis Karleen dan kembali memberikan suapan pada gadis tersebut yang lagi masih menerimanya meskipun kini tengah melayangkan tatapan tajam.

"Omong-omong, semalam kau pergi ke mana bersama Elliot? Acaranya terlihat sungguh seru hingga membuatmu bahkan melupakan ponsel juga dompet di rumah." Karleen terdiam mendengar perkataan Harry dan mengingat jika ia bertemu dengan Samuel kemarin sore.

Namun mendengar jika dompetnya tertinggal membuat Karleen sadar sekaligus bersyukur akan kehadiran Samuel yang mentraktirnya kemarin sore. Oh tidak, senyuman pria tampan itu bahkan masih berputar di pikirannya.

"Karl?"

"Ah, kita hanya pergi ke taman kota." jawab Karleen tersenyum sebelum menerima suapan dari Harry dan suara notifikasi ponsel mengalihkan pandangan mereka berdua pada benda tersebut yang berada di atas nakas.

"Bukalah, siapa tahu penting."

"Tidak, itu hanya nomor orang asing. Mungkin salah sambung." ucap gadis itu terlihat gugup dan kembali menerima suapan seraya sesekali melirik layar ponsel yang kembali mati.

"Satu suapan lagi, buka mulutmu sayang." Karleen menaikkan salah satu alisnya heran mendengar panggilan Harry dan segera menerima suapannya. "Jadi ada apa di taman kota?"

"Apa? Tentu banyak pedagang dan pengunjung lain."

"Benarkah? Aku mencium bau parfum pria di pakaian yang kau pakai semalam." ucapan Harry berhasil membuat Karleen menahan nafas selama beberapa detik dengan kedua tangan terkepal gugup.

"Itu parfum Elliot."

"Kalian berpelukan? Bagaimana bisa parfumnya menyebar, bukan?" tanya Harry masih dengan wajah santai namun tatapannya begitu menusuk memperingati.

"Ya, kami hanya sekedar berpelukan. Lagipula kami hanya berhubungan biasa, maksudku... Dia kehilangan adiknya jadi dia menggangapku sebagai adiknya juga." Karleen dengan gugup mencoba berbohong dan menerima satu gelas susu dari Harry.

"Baiklah... Aku tak harus berpikir jika ada pria lain, bukan?" Karleen tersedak mendengar pertanyaan Harry dan hal itu berhasil membuat pria tersebut tersenyum miring dengan satu tangan bergerak mengelus punggungnya. "Rileks, kenapa terlihat sangat terkejut?"

RICH MAN [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang