Hari pertama kehadiran Allyson membuat Karleen cukup jenuh karena ia bahkan tak bisa keluar dari dalam kamar dan sayangnya Amber selalu tepat waktu mengantarkan makanan hingga membuat gadis itu tak lagi memiliki alasan untuk keluar.
Jam dinding telah menunjukkan pukul empat sore dan Karleen dengan tekat kuat segera melangkah keluar dari dalam kamar dengan langkah yang sungguh hati-hati. Selama perjalanan ia bahkan harus memastikan jika Allyson sama sekali tak melihat kehadirannya di dalam rumah itu.
Berhasil keluar rumah gadis itu langsung berlari cepat mendekati Benjamin yang tengah mengeluarkan beberapa paper bag dari dalam bagasi mobil dengan satu batang rokok yang terselip di antara bibirnya.
"Ya Tuhan, bisakah kau berhenti merokok?" tanyanya heran seraya mulai membantu pekerjaan pria tersebut yang malah tertawa dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Kau mencuri rokokku semalam. Iya 'kan?" ucap Benjamin menutup pintu bagasi dan menarik lengan Karleen untuk menjauh dari mobil membiarkan para penjaga lain mengangkut paper bag ke dalam rumah.
"Aku hanya ingin merokok. Lagipula rokoknya sudah Harry ambil pagi tadi."
"Kasihan, kenapa tidak disembunyikan saja?" tanyanya menjatuhkan rokok ke atas jalan aspal lantas menggeseknya menggunakan ujung sepatu.
"Aku bahkan tak tahu jika dia akan datang. Omong-omong, belanjaan siapa itu?" Benjamin terdiam mendengar pertanyaan Karleen lalu tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Nona Allyson." jawabnya rendah dan langsung menoleh ketika mendengar suara deheman seseorang. Brenda melangkah mendekat dengan nampan berisi dua cangkir di atasnya lalu memberikan salah satunya pada Benjamin.
Lirikan sinis Karleen dapatkan dari pelayan tersebut yang kini mendelik tak suka pada gadis tersebut lalu berkata, "Bisakah kau berhenti mencari perhatian para pria?"
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Karleen heran yang mana hal itu berhasil membuat Brenda mendelik tajam lalu melangkah pergi tanpa mengatakan apapun.
"Abaikan saja, dia memang seperti itu."
"Sepertinya dia menyukaimu." gumam Karleen samar lalu menoleh pada Benjamin yang sedang menyesap kopi dari cangkir di genggaman tangannya.
"Benarkah?"
"Coba kita lihat." ucapnya tersenyum miring lalu melangkah mendekat pada Benjamin yang mengernyit bingung dan langsung memeluk erat tubuh pria itu seraya melirik Brenda yang sudah berapi-api di seberang sana.
"Kau benar." bisik Ben menahan tawa geli dan menoleh pada Karleen yang baru saja melepaskan pelukannya dan melangkah mundur seraya memutar pandangan sebelum berbicara.
"Bisa antar aku keluar?"
"Tentu, sebentar." balas Benjamin menyesap sebentar kopi miliknya lalu meletakkan cangkir tersebut di atas tangga teras dan menoleh pada Karleen disertai senyuman.
"Mari---"
"Biar aku saja." sahut Elliot yang baru saja datang lalu menoleh pada Karleen yang kini mengernyit bingung. "Benjamin butuh istirahat Karl, lebih baik pergi bersamaku."
"Baiklah, sampai jumpa Ben." ucap Karleen tersenyum lebar pada Benjamin sebelum menarik tangan Elliot untuk melangkah mengikutinya menuju salah satu mobil yang terparkir di dekat gerbang.
Karleen kali ini terlihat begitu bersemangat selama perjalanan dan mengajak Elliot untuk mengunjungi salah satu toko es krim langganannya. Lantas is segera memesan dua es krim dengan rasa berbeda.
"Terimakasih." ucap Karleen tersenyum lebar seraya menerima dua es krim dan berbalik menemukan seorang pria tinggi berambut pirang yang tengah berdiri di belakangnya. "Samuel!"
![](https://img.wattpad.com/cover/290057233-288-k522231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MAN [H.S]
Fiksi PenggemarJika kau berpikir memilih hubungan dengan pria kaya raya itu beruntung, maka kau salah. Karena jika kau tak punya apapun, maka mereka akan memperbudak dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Kasta sangat dipentingkan dalam pertemanan orang kaya dan...