Chapter 35

289 41 150
                                        

Tidak, tak ada lagi harapan ketika Karleen dapat melihat jelas tubuh kaku Luna yang telah terbaluti gaun putih cantik kini dimasukkan ke dalam peti dan ditimbun tanah oleh para petugas pemakaman.

Ia tak mampu melakukan apapun selain terisak pelan dengan Adrien kecil yang baru lahir berada di gendongannya. Beruntung Elliot memberikan bantuan dengan menyuruh Karleen agar menggunakan kursi soda mengingat jika gadis itu bahkan baru melahirkan kemarin malam.

Upacara pemakaman dilakukan secara sederhana itu kini telah selesai dan semua orang segera melangkah pergi meninggalkan kawasan pemakaman untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

Satu minggu setelahnya hanya ada kesepian yang Karleen rasakan ketika tak ada lagi sosok Luna yang selalu mengantarkannya sarapan ataupun makan malam. Nenek tua baik yang selalu mengajaknya untuk berjualan kue di karnaval malam.

Bahkan rumahnya yang selalu bersih kini mulai terlihat kotor akibat tak ada lagi orang yang merawat dan hal itu membuat Karleen tersenyum miris memperhatikan rumah milik Luna dari jendela rumah yang dirinya tempati.

"Shhh, jangan menangis sayang. Paman segera menemui ibumu." ucap Elliot mengayunkan pelan tubuh mungil bayi tersebut selagi melangkah mendekati Karleen yang langsung berbalik untuk mengambil alih bayinya.

Karleen terduduk di atas sofa dan menoleh pada Elliot yang terduduk di sampingnya. Gadis itu sedikit memunggungi pria tersebut agar dapat memberikan asi pada Adrien yang masih menangis.

Hanya ada keheningan setelah tangisan Adrien reda dan Karleen menoleh ketika Elliot menepuk pelan bahunya. Gadis tersebut lantas segera membenarkan letak pakaiannya lalu menepuk pelan bokong bayinya yang mulai mengantuk.

"Ya Elliot?"

"Aku... Aku ingin minta maaf karena tak dapat menunggumu lebih lama di sini. Aku... Maksudku Harry menghubungiku agar pulang cepat dan aku harus segera kembali ke London hari ini. Jadi... Bolehkah?" tanya Elliot begitu lembut dan merasa tak enak harus meninggalkan Karleen yang memang baru saja melahirkan satu minggu yang lalu.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tak akan melarangmu Elliot. Pergilah, mungkin Harry sedang membutuhkanmu." ucap Karleen berhasil membuat Elliot tersenyum miris lalu merunduk memberikan pipi Adrien kecupan lembut.

"Aku sejujurnya sudah ingin keluar dari pekerjaan itu, tapi aku masih membutuhkan uangnya." ucap Elliot menoleh pada Karleen yang terkekeh pelan lalu menggelengkan kepalanya seakan tak setuju.

"Jangan keluar, yang punya masalah aku bukan kau."

"Tidak Karl, aku sejujurnya sangat membenci Harry. Teganya dia menyuruhmu untuk mengugurkan kandungan Adrien dan memilih untuk hidup bersama Allyson. Oh Tuhan, aku selalu emosi ketika membahasnya." ucap Elliot berdecak malah lalu menyandarkan kepala pada bahu Karleen sambil mencolek dagu Adrien yang telah terlelap.

"Pulanglah, temui kekasihmu." bisik Karleen berhasil membuat Elliot terkekeh lalu menoleh memeluk erat bahu gadis tersebut dan memberikan kecupan pada pelipisannya.

"Aku pulang Karl, janji kami akan segera mengunjungimu." ucapnya beringsut berdiri lalu melangkah mendekati kamarnya untuk mengambil ransel berisi pakaian miliknya.

Karleen mengernyit bingung ketika Elliot meletakkan amplop coklat di atas pangkuannya. Baru saja hendak berbicara untuk menolak pria tersebut dengan cepat menyelanya lalu mengacak gemas rambut terurai gadis tersebut.

"Uangmu habis digunakan biaya persalinan Karl, ambilah uangku untuk biayamu. Maaf jika jumlahnya tidak banyak. Aku janji akan sering mengirim---"

"Berengsek, tidak ada. Pakai uangmu untuk biaya usahamu Elliot, aku dapat bekerja seperti biasa. Kuambil uang ini ya, terimakasih banyak. Tapi untuk seterusnya kumohon jangan lagi. Aku merasa menjadi beban untukmu." Elliot terkekeh mendengar perkataan Karleen.

RICH MAN [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang