Chapter 37

286 35 101
                                    

Adrien dengan penuh semangat melangkah mengekori ibunya melewati stan-stan pedagang di karnaval malam dengan satu keranjang sedang berisi berbagai macam kue yang akan dia jual bersama ibunya.

Sampai di salah satu stan yang kosong Adrien ikut serta membereskan kue-kue buatan ibunya yang akan mereka jual di karnaval malam yang lumayan ramai tersebut. Mengingat jika ini merupakan minggu malam di mana para remaja banyak berkunjung bersama pasangannya.

"Ayo Adrien, tetap tersenyum lebar untuk menyambut para pembeli." ucap Karleen berhasil membuat anak itu tersenyum lebar lalu mengangguk seraya meletakkan keranjang miliknya di bawah meja.

Pengunjung mulai berdatangan ketika malam semakin tiba dan Karleen beberapa kali hampir menyerah ketika tak satupun kue buatannya terjual. Orang-orang hanya melihat lalu melangkah pergi meninggalkan stannya.

Menoleh pada Adrien yang telah terlelap sambil terduduk beralaskan kardus sembari bersandar pada tembok. Karleen sadar, mencari uang tak semudah yang ia kira dan terkadang ia berpikir, bagaimana bisa Harry santai ketika dia banyak menghabiskan uang kerja kerasnya di masa lalu?

Merasa pegal terus berdiri akhirnya Karleen ikut terduduk di samping Adrien dan menarik pelan tubuh putranya yang langsung terbangun lalu mendongak menatap Karleen dengan kedua mata menyipit.

"Shh, tidurlah kembali." bisiknya seraya mendudukkan Adrien di pangkuannya dan membiarkan anak itu kembali terlelap seraya bersandar pada dadanya.

Sejujurnya Karleen sedikit iri pada stan-stan pedagang lain yang terlihat penuh oleh pembeli bahkan penjual terlihat sampai kelelahan melayaninya. Namun Karl ingat, Tuhan pasti akan mengatur segalanya.

Toh, dalam kata 'tak laku' sudah sering ia rasakan sejak 7 tahun lamanya Karl mulai berjualan di karnaval malam. Tentunya meneruskan usaha Luna dan ternyata tak ada perkembangan apapun sejak dulu.

Merasa malam semakin larut dan jualannya tak satupun laku akhirnya Karleen dengan kasihan membangunkan Adrien yang langsung terbangun dan menurut ketika wanita itu menyuruhnya untuk berdiri.

"Ibu akan membereskan kuenya, kita akan segera pulang." ucap Karleen beringsut berdiri dan segera membereskan kue-kue miliknya ke dalam keranjang.

Adrien yang melihatnya hanya mampu terdiam memperhatikan ibunya dengan tatapan kasihan. Beruntung dia sudah terbiasa melihat hal tersebut, jadi dirinya tak perlu menangis akibat tak ada pemasukan uang malam ini.

"Uh hai."

Seorang gadis berambut hitam tersebut pada Karleen yang baru saja menyelesaikan beberesnya dan menoleh pada dua keranjang di atas meja yang berisi kue-kue.

"Um, apa aku bisa membeli beberapa kuemu?"

"Oh tentu saja, kue rasa apa yang kau inginkan? Aku membuat tiga rasa kue dengan rasa coklat, stroberi dan nanas." ucap Karleen menunjukkan tiga cupcake dari dalam keranjang yang berhasil membuat gadis itu tersenyum.

"Tiga kue coklat saja."

"Baik nona, tunggu sebentar." ucap Karleen segera meraih tiga cupcake coklat lalu memasukkannya ke dalam kotak kardus kecil polos berwarna coklat.

"Kembaliannya untukmu saja." ucap gadis tersebut memberikan uang lebih pada Karleen yang tersenyum haru seraya menerimanya dan memberikan kotak berisi kue padanya.

"Terimakasih banyak nona, semoga harimu selalu menyenangkan."

"Kembali." balasnya tersenyum lalu melangkah pergi meninggalkan stan Karleen yang langsung menoleh pada Adrien yang terlihat masih mengantuk disertai senyuman lebarnya.

"Siap untuk pulang ke rumah?" tanyanya berhasil membuat Adrien mengangguk dan Karleen hanya dapat terkekeh seraya kembali membereskan kue miliknya ke dalam keranjang.

RICH MAN [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang