Chapter 9

268 32 241
                                    

Brenda yang sedang memvakum lantai ruang tamu mendelik tak suka melihat Karleen melangkah masuk diikuti Benjamin dan Elliot yang kini menenteng banyak paper bag di kedua tangan mereka 

Baru saja hendak melangkah melewati Brenda tiba-tiba gadis itu langsung menghentikan langkah ketika kedua kakinya basah kuyup oleh air kotor dari dalam ember yang Karleen lihat memang sengaja gadis itu tendang.

"Maaf, apa masalahmu nona Brenda?" tanya Karleen melangkah mendekat pada gadis tersebut yang kini bertingkah layaknya tak bersalah.

"Apa yang anda bicarakan, nona? Aku tak melakukan apapun."

"Brenda!" tegur Benjamin yang mana membuat Karleen menoleh dan mendesis meletakkan jari telunjuk pada bibirnya.

"Ini urusanku Ben, kalian bisa segera letakkan barang itu di kamarku." ucapnya membuat mereka berdua mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan Karleen yang langsung menoleh melayangkan tatapan tajam pada Brenda.

"Bisakah kau bersikap sopan pada atasanmu?"

"Atasan? Maaf, Tuan Styles yang menggaji kita. Jadi bagaimana bisa kau memanggil dirimu sendiri sebagia atasan?" tanya Brenda terkesan menantang dan mengejek yang mana hak itu berhasil membuat Karleen mulai terpancing emosi.

"Setidaknya aku masih berada di atasmu."

"Dan setidaknya aku tidak bekerja sebagai pelacur." ucapan Brenda berhasil membuat Karleen langsung melayangkan tamparan keras pada gadis tersebut yang langsung terjatuh dan terperangah kaget sembari menangkup pipinya yang berdenyut sakit.

"Jaga bicaramu, Brenda. Untuk memukul bosmu saja aku mampu, apalagi memukul gadis bermulut lembek sepertimu." ucap Karleen sangat mengejutkan para pelayan yang menyaksikan kejadian itu dan gadis tersebut langsung melangkah pergi dengan wajah memerah menahan amarah.

"Selamat sore, nona."

Saat menaiki undakan tangga Karleen memaksakan senyum pada Amber yang baru saja menyapanya dengan begitu ramah seperti biasa. Hal itu membuat gadis tersebut cukup sulit untuk merasa marah pada salah satu pelayan di rumah Harry.

Sampai di kamar Karleen menemukan Benjamin yang baru saja hendak melangkah keluar disertai senyuman ramahnya yang cukup kaku itu.

"Kami permisi, nona." ucapnya membuat Karleen mengangguk dan menoleh pada Elliot yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Gunakan prinsipmu Karleen, nikmati pekerjaanmu." ucap Elliot tersenyum meyakinkan lalu menepuk pelan bahu gadis tersebut sebelum melangkah keluar tanpa lupa menutup pintu kamar.

Meninggalkan Karleen yang langsung melempar tas jinjingnya ke atas lantai lalu melepas paksa heels yang membalut kakinya dan kembali melempar kedua benda tersebut dengan penuh amarah.

Ia melangkah melewati ranjang dan berhenti ketika melihat cermin di dekat laci nakas. Menampilkan wajah lesunya yang begitu jelas dan bibirnya bergerak membentuk senyuman mengejek.

"Kau itu pelacur Karleen! Pelacur murahan!" gumamnya menujuk tegas pantulan dirinya sendiri lalu ia segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Malam telah tiba dan lagi lagi Amber kembali mengantarkan makan malam ke dalam kamar Karleen tanpa lupa menunggu gadis tersebut hingga selesai menyantap makanan yang dirinya bawa.

"Apa aku begitu menjijikkan?" tanya Karleen tiba-tiba yang mana hal itu berhasil membuat Amber yang baru saja mengambil nampan berisi piring juga gelas kotor terdiam dengan wajah prihatin.

"Tidak Karleen, menurutku tidak ada orang yang menjijikkan di dunia ini. Kau tahu? Semua orang memiliki hak dan keputusan masing-masing. Jadi... Kupikir kau juga memiliki alasan kenapa bisa menerima tawaran Tuan Styles." ucap Amber cukup mampu membuat Karleen mengambil mengulas senyuman lebarnya.

RICH MAN [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang