Adrien kembali ke dalam kamar dengan segelas air putih di kedua genggaman tangannya dan Harry menoleh dengan kedua mata memerah memperhatikan anak tersebut yang kini meletakkan gelas itu di atas nakas.
"Tidak ada air panas. Apa ibu masih lama untuk terbangun?"
"Kita tunggu saja, kuharap ibumu segera terbangun. Duduklah, aku ingin membuatkan sedikit makanan." ucap Harry beringsut berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan kamar untuk mengecek makanan di dalam lemari pendingin.
Rupanya tak ada apapun di dalam sana dan hal itu berhasil membuat Harry terdiam lalu beralih mengecek kabinet. Baru saja membuka, tiba-tiba tubuhnya membeku ketika menemukan satu bungkus rokok beserta gasoline juga satu botol minuman keras yang telah tersisa setengah.
"Tuan Harry?"
"Oh Tuhan!" umpatnya begitu terkejut seraya menutup cepat pintu kabinet lalu berbalik menemukan Adrien yang kini melangkah mendekat hingga berdiri di samping kakinya dengan wajah polos.
"Aku baru ingat jika kami tak memiliki apapun di rumah." ucapan Adrien berhasil membuat Harry terdiam lalu berjongkok di hadapan anak tersebut dan menoleh sebentar memperhatikan pintu kamar Karleen yang terbuka.
"Apa ibumu akan marah jika aku mengajakmu sebentar untuk membeli makanan?"
"Apa? Kurasa tidak, ibu masih tidur 'kan?" Harry tersenyum mendengar perkataan polos Adrien lalu menarik anak tersebut untuk berada di atas gendongannya.
Hal itu rupanya mampu membuat Adrien syok berat sekaligus merasa senang karena dapat diperlakukan dengan begitu baik oleh orang asing seperti Harry.
"Bisa panggil aku ayah?"
Adrien mengernyit bingung mendengar permintaan Harry yang terdengar tidak cukup serius karena pria itu berbicara sambil berjalan keluar rumah untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
"Apa itu lelucon?"
Harry langsung terkekeh miris mendengar pertanyaan Adrien lalu mendudukkan anak tersebut di kursi penumpang seraya mulai menghidupkan mesin mobil miliknya dengan perasaan yang mulai sesak.
"Tidakkah kau merasakan sesuatu ketika bersamaku?" tanyanya mulai mengendarai mobilnya meninggalkan kawasan komplek dan sesekali menoleh pada Adrien yang kini terdiam memperhatikan kedua tangannya yang dimainkan.
"A-aku tidak tahu, tapi yang jelas ibu akan marah jika tahu aku pergi bersama orang asing."
"Ahaha aku masih sangat asing untukmu, ya?" Adrien berguman samar menjawab pertanyaan Harry dan menoleh memperhatikan keadaan diluar melalui kaca jendela mobil yang tertutup.
Hal tersebut membuka Harry merasa Deja vu oleh perlakuan Adrien yang baru saja melakukan pengalihan kepada pemandangan di luar. Dia tahu jelas jika dulu Karleen juga melakukannya ketika sedang mencoba menghindari percakapan.
Sampai di toserba terdekat akhirnya Harry segera membeli beberapa makanan berat juga camilan yang telah dia masukkan ke dalam keranjang dan kini pria itu berbalik menemukan Adrien yang sedari tadi terus mengekor tanpa membawa apapun.
"Kau ingin apa? Ambilah."
"Apa? Tidak, aku tak membawa uang." Harry mengernyit tak suka mendengar perkataan Adrien lalu segera berjongkok di hadapan anak tersebut yang kini menatap tepat ke arah netra hijaunya.
"Dan siapa yang menyuruhmu untuk membayar? Ambil apapun yang kau suka Adrien, aku yang akan membayar." ucapan Harry berhasil membuat anak itu menatap tak yakin namun dalam beberapa detik mengangguk disertai senyuman canggungnya.
"Aku hanya ingin ini." ucapnya menunjuk susu kotak stroberi di dalam rak dan hal itu berhasil membuat Harry mengangguk lalu mengambil satu jejer susu yang langsung dia masukkan ke dalam keranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MAN [H.S]
FanfictionJika kau berpikir memilih hubungan dengan pria kaya raya itu beruntung, maka kau salah. Karena jika kau tak punya apapun, maka mereka akan memperbudak dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Kasta sangat dipentingkan dalam pertemanan orang kaya dan...