"Ibu?"
"Ibu, bangun."
Suara panggilan Adrien membangunkann Karleen dari tidurnya dan ia mengerjap menemukan anak tersebut yang kini terduduk di sisi ranjang disertai senyuman seraya merunduk untuk mengecup hangat kedua pipi ibunya.
"Bangunlah, ayah sudah menunggu di luar." ucapnya berhasil membuat Karleen mengernyit bingung mengingat kejadian panas yang telah ia lakukan pada dini hari bersama Harry.
Lantas wanita itu beralih terduduk dan begitu lega ketika tubuhnya telah terbaluti pakaian lengkap. Sudah bisa ditebak jika pasti Harrylah yang memakainya hingga berhasil membuat Adrien bertanya akan keadaan ibunya.
Adrien disertai senyumannya menarik tangan Karleen agar segera melangkah mengikutinya menuju keluar rumah dan menemukan pria tersebut yang tengah memasukkan tas ke dalam bagasi lalu segera menutup pintunya.
"Ayah, ibu sudah bangun." ucap Adrien melangkah mendekati Harry yang langsung menoleh disertai senyumannya dan mengangkat tubuh mungil anak tersebut untuk masuk ke dalam mobil di bagian kursi belakang.
Tak lupa memakaikan anak tersebut sabuk pengaman sebelum mengurungnya di dalam mobil lalu berbalik ketika merasakan seseorang mendekat. Tentunya orang itu merupakan Karleen yang kini telah berdiri di hadapannya dengan wajah bingung.
"Kau mau ke mana?"
"Kau? Seharusnya kau gunakan kata kita ketika bertanya." ucap Harry beralih membuka pintu bagian depan dan menarik rambut panjang Karleen agar menutupi tanda pada lehernya. "Jangan mengundang pertanyaan Adrien atas apa yang telah kita lakukan semalam." lanjutnya berbisik seraya mengedipkan mata pada wanita tersebut yang langsung mematung kaget.
Menunduk memeriksa bahu juga dadanya dan segera menutupinya dengan rambut yang ia tarik ke depan. Sesekali menoleh pada jendela belakang hanya untuk memastikan jika Adrien sama sekali tak mendengar pembicaraan orang tuanya.
"Jadi, ke mana kita---"
"London, kita akan pergi ke London." ucapan Harry berhasil menghentikan Karleen yang baru saja hendak melangkah masuk ke dalam mobil dan menoleh dengan tatapan kaget ke arah pria tersebut.
"Kau bilang apa? London? Apa kau gila?! Lalu bagaimana dengan pekerjaan dan rumah Elliot---maksudku... Rumahmu yang akan kutinggalkan di sini. Bagaimana dengan---"
"Jangan banyak bicara, bawahanku yang akan mengurusnya dan pakaianmu juga pakaian milik Adrien telah berada di dalam bagasi. Untuk barang berharga lainnya akan segera di bawa untuk dipindahkan ke rumahku. Ayo, cepat masuk." paksa Harry mendorong punggung Karleen agar segera masuk ke dalam mobil.
"Tapi Harry---" ucapan wanita itu terhenti ketika pintu di sampingnya telah ditutup dan membuat Karleen hanya dapat menghembuskan napas kasar seraya menoleh menemukan Adrien yang langsung mengulas senyuman untuknya.
Pintu lain terdengar terbuka yang menampilkan Harry telah terduduk di bangku kemudi dan mulai menyalakan mesin mobil lalu segera mengendarai mobilnya meninggalkan kawasan komplek.
"Harry---oh tidak! Setidaknya biarkan kami untuk berpamitan kepada Niall!" pekiknya kaget ketika mengingat salah satu orang baik yang belum ia temui sejak kehadiran Harry di San Diego.
"Tak ada waktu, kita akan ketinggalan pesawat. Salahmu bangun terlambat." balas Harry berhasil membuat Karleen memutar bola mata kesal dan memakai sabuk pengaman dengan hati yang terus mengumpat. Tidak sadarkah jika pria itu yang memang membuatnya bangun terlambat?
"Jadi kita akan pindah ke London? Maksudku, bukankah kau tinggal di Cambridge?"
"Aku sudah menjual rumahku di Cambridge, jadi kurasa aku akan memikirkan kemana tujuan ketika selagi di perjalanan. Makan sarapanmu, Adrien sudah makan terlebih dahulu." ucapnya menunjuk kotak makan yang berada di atas Dashboard.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MAN [H.S]
FanfictionJika kau berpikir memilih hubungan dengan pria kaya raya itu beruntung, maka kau salah. Karena jika kau tak punya apapun, maka mereka akan memperbudak dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Kasta sangat dipentingkan dalam pertemanan orang kaya dan...