Hal yang pertama kali Karleen rasakan ketika kedua kakinya melangkah memasuki kawasan gedung hotel bersama Adrien juga Elliot adalah cemas. Bahkan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Suara lagu yang berputar terdengar mengalun memenuhi ballroom hotel yang telah di penuhi banyak orang-orang penting berpakaian rapi yang telah dipastikan jika harganya tidaklah main-main.
Adrien terlihat kurang nyaman dan asing dengan keramaian tersebut dan Karleen menoleh pada Elliot yang kini tengah terdiam entah memikirkan apa. Yang jelas dari wajah pria itu terlihat begitu cemas.
"Elliot?" panggilnya menepuk pelan bahu pria tersebut dan mengernyit bingung ketika pria itu langsung tersenyum tipis ketika melihatnya. "Kau tak apa?"
"Cicipi makanan terlebih dahulu, aku akan menemui pemilik acara ini untuk mendaftarkan Adrien." ucapnya menunduk memberikan anak itu cubitan pelan pada pipinya lalu melangkah pergi meninggalkan Karleen yang memperhatikan langkahnya.
"Ayo sayang, kita cari makanan kesukaanmu." ucap Karleen menuntun putranya untuk melewati banyaknya tamu yang berdiri di berbagai sudut juga tengah ruangan.
"Selamat malam, bisakah saya mendapatkan perhatian kalian."
Suara orang asing melalui pengeras suara itu mengalihkan pandangan semua orang yang langsung terdiam dan fokus pada seorang pria paruh baya berpakaian formal yang telah berdiri di atas panggung dengan mikrofon di genggaman tangannya.
"Terimakasih untuk kehadirannya dan di sini saya ingin memulai acara pemberian beasiswa yang akan segera dimulai. Silakan duduk di tempat masing-masing."
"Ibu, aku ingin kue itu. Apakah boleh?" Adrien bersuara pelan di tengah acara tersebut dan menunjuk meja panjang berisi banyak jejeran kue. Lantas dengan cepat Karleen menarik putranya untuk terduduk di kursi yang berada di dekat meja makanan.
"Sebentar, mereka baru ingin memulai acaranya." bisik Karleen tersenyum pada sepasang orang asing paruh baya yang terduduk di seberang mejanya.
"Sebelumnya mari kita sambut putra pertamaku yang akan memberikan sedikit sambutan di pesta ini." ucap pria paruh baya tersebut yang langsung dibalas tepukan tangan oleh semua orang.
"Ibu, aku ingin pipis."
"Ya Tuhan, Adrien." ucap Karleen merasa sungguh kesal dan ikut berdiri ketika seluruh tamu bangkit untuk menyambut putra pemilik acara tersebut. "Ayo." lanjutnya menarik putranya untuk melangkah cepat meninggalkan Ballroom.
"Selamat malam."
Langkah Karleen terhenti ketika mendengar suara berat tersebut dan jantungnya kembali berdetak kencang mendengar suara tak asing yang telah begitu lama tak pernah ia dengar selama ini.
"Silakan kembali duduk di kursimu."
"Harry?"
"Ibu!" pekik Adrien mengalihkan pandangan Karleen yang baru saja bergumam dan menoleh pada putranya yang kini menarik tangannya untuk berlari melewati lorong hotel.
"Sebentar sayang," ucap Karleen menahan putranya dan menghentikan langkah seorang pegawai hotel yang berpapasan dengannya. "Permisi, bisa kau tunjukkan kamar mandi?"
"Di sebelah barat, nona."
"Terimakasih." ucapnya kembali berlari bersama putranya menuju kamar mandi dan menghembuskan napas lega ketika berhasil menemukan ruangan yang mereka cari.
Karleen menunggu Adrien dari luar pintu kamar mandi yang tertutup sambil mengatur napas akibat kegiatan berlari tadi dan bayangannya kembali berputar akan suara tak asing tadi. Benarkah itu Harry?
![](https://img.wattpad.com/cover/290057233-288-k522231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MAN [H.S]
FanfictionJika kau berpikir memilih hubungan dengan pria kaya raya itu beruntung, maka kau salah. Karena jika kau tak punya apapun, maka mereka akan memperbudak dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Kasta sangat dipentingkan dalam pertemanan orang kaya dan...