01 Aneh

315 17 1
                                    

بِسْـمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Disaat hatiku sedang tidak baik-baik saja, yang kubutuhkan saat itu hanyalah
'Sendiri dalam kesepian'

Mmh

___

Seorang gadis berlari keluar dari rumah-nya. Wajah menunduk dengan tangan yang terus menyeka air mata yang keluar tampa aba-aba. Gadis bernama lengkap Aqeela chaerunnisa terus berlari keluar pekarangan rumah. Tidak peduli seberapa susah ia melangkah karena menggunakan gamis. Hanya satu tujuan-nya saat ini, yaitu pergi ketempat yang ia jadi'kan sebagai teman dalam kesedihan-nya.

Brukh....

Baru beberapa meter keluar dari perkarangan rumah, ia menabrak seseorang.

"Maaf," hanya itu yang bisa keluar dari mulut gadis itu. Ia terus menunduk untuk menyembunyikan kesedihan-nya. Tak lama ia langsung berlari tampa menghiraukan atau membantu orang yang ia tabrak.

Pria berkaca mata yang ia tabrak hanya bisa memandang-nya heran.

Gadis yang kerap disapa Acha itu, sudah berada ditempat dimana hati-nya merasa tenang. Danau! Disinilah ia berada sekarang. Ia terduduk dikursi yang ada disana. Tempat sepi, sunyi, damai, yang membebaskan diri-nya untuk meluapkan segala kesedihan semau-nya, tampa ada gangguan.

"Kenapa? Kenapa Acha harus denger dan tau tentang ini?" tanya-nya pada diri sendiri. Gadis berjilbab itu masih terisak. Dada-nya begitu perih setelah mengetahui sebuah fakta yang mengejutkan baginya.

Flashback on

Acha baru saja pulang dari rumah nenek-nya. Acha masuk kerumah, diluar sudah ada mobil, Daffin. Acha masuk dengan wajah ceria. Samar-samar, ia mendengar kedua orang tuanya sedang mengobrol diruang tamu. Acha memilih untuk diam dan sedikit bersembunyi untuk mendengarkan apa yang sedang dibicarakan kedua orang tuanya.

"Apa keputusan Abi udah yakin?" tanya Abisha. Mereka duduk disofa ruang tamu.

"Abi sama umi lagi ngobrolin apa, ya? Kok, wajah umi kaya khawatir dan kek tegang gitu?" batin Acha memandang heran kedua orang tuanya.

"Abi sudah yakin. Lagian, dulu ini juga sudah dibicarakan. Abi yakin, Acha tidak akan menolak perjodohan ini."

Degh... hatinya bagai tersampar petir. Jantung-nya berdetak hebat, tubuh-nya juga melemas, mata-nya sudah siap untuk mengeluarkan cairan bening.

"Apa tidak terlalu cepat? Dia baru kelas 12. Umi takut, ini hanya akan menganggu konsentrasi-nya dalam belajar,"

"Abi tau. Tapikan mereka tidak akan menikah saat itu juga."

Detik itu juga, Acha kembali melangkah keluar rumah-nya. Air mata-nya sudah mengalir membasahi pipi mulusnya.

Flashback off

"Kenapa Abi tega sama, Acha? Acha nggak mau! Acha nggak mau." tuturnya.

Acha mengusap air mata-nya. Entah kenapa, dadanya benar-benar sesak.

"Yaallah, Acha binggung. Disatu sisi, Acha nggak mau dijodohin. Acha mau nikah sama orang pilihan Acha sendiri. Orang yang Acha cintai. Disisi lain, Acha nggak mungkin nggak nurutin perintah abi sama umi. Acha nggak mau jadi anak durhaka. Bantu Acha, ya Allah." batin Acha, kini ia menunduk, ia hanya ingin menanggis sepuasnya sebelum pulang kerumah.

Diposisi yang tidak jauh Acha, tepat dibelakangnya, seorang pria yang sempat ia tabrak didepan rumah memperhatikan-nya sedari tadi. Pria itu sempat mengikuti Acha karena takut Acha berbuat macam-macam. Apalagi melihat kondisi Acha yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Apa masalah-nya benar-benar begitu berat?" batin pria itu. Ia memutuskan untuk menghampiri, Acha.

"Nih," pria itu menyodorkan saput tangan. Acha masih menunduk, ia menghapus airmatanya dengan cepat mengunakaNihn tangan-nya. Dalam hati, ia berdengus kesal. Kenapa bisa ada orang pergi kesana. Padahal yang tau tempat itu hanya Acha dan Fiona.

Pria itu menarik kembali tangan-nya dan memasukan kembali saput tangan kedalam saku celana ketika Acha tidak menanggapi-nya.

"Seberat apapun masalah kamu ... ingat, bunuh diri bukan solusinya."

Lagi dan lagi, mood Acha sedang tidak baik, ditampah pria itu berbicara seperti itu, rasanya ia ingin memarahi pria itu saja. Dan bunuh diri? Bisa-bisanya ia berpikir Acha akan melakukan hal sekeji itu.

Acha beristighfar dalam hati, lalu memutuskan untuk pergi dari sana. Pria itu benar-benar menganggu-nya.

"Saya permisi," Acha langsung meninggalkan pria itu. Acha sedikit berlari, huh ... tujuan Acha pergi kesana hanya ingin mencari ketenangan, tapi yang ia dapatkan malah bertolak belakang dari apa yang ia inginkan.

"Wanita memang sulit ditebak. Aneh...." gumam pria itu.

___________________________

Happy reading!
Ini merupakan lanjutan dari kisah the Doctor. Jadi buat kalian yang mau tau kisah Abi sama Uminya Acha, bisa langsung baca The Doctor. Silahkan follow terlebih dahulu akun @delika5 supaya nggak ketinggalan cerita selanjutnya.

See you next part!

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang