Acha dan keluarganya sedang berada diruang keluarga. Jika ditanya, Acha sungguh tegang sekarang, jantungnya juga berpacu tidak normal. Takut, takut tentang sesuatu hal yang ia hindari tejadi.
Acha menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"Abi, Umi, ada apa?" tanya Acha, karena sedari tadi kedua orang tuanya juga tidak bicara.
Daffin dan Abisha saling pandang sekilas. Detik berikutnya mereka mengalihkan pandangannya kearah putri semata wayangnya.
Daffin menarik napas pelan,"sebenarnya ada sesuatu yang mau Abi sampaikan sama kamu," terang Daffin
"Apa?"
Daffin menatap Acha, ia terdiam sejenak,"Abi sudah menjodohkan kamu,"
Acha menelan salivanya agak susah. Kaget? Sedikit, karena Acha juga sudah tau tentang hal itu. Tapi tetap saja, jantungnya berdetak semangkin cepat didalam sana.
Seketika Acha ingin menanggis. Ternyata sekarang adalah waktunya, waktu dimana ia tau itu dari mulut orang tuanya langsung.
"Tapi Abi, Achakan masih sekolah," jawab Acha masih dengan nada biasa. Namun, raut wajah menampilkan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
"Kamu tidak akan Abi nikahkan sekarang, tunggu kamu lulus. Abi hanya ingin, kamu tau dan mencoba untuk berkenalan langsung dengan orangnya nanti,"
Entah kenapa, lidah Acha merasa kelu. Ia harus bisa menolak berjodohan itu. Kelulusannya sebentar lagi, bahkan tinggal hitungan bulan.
Acha menunduk,"Tapi Acha nggak mau, Abi," jawabnya ragu-ragu. Jujur, selama ini, Acha belum pernah membantah ucapan orang tuanya.
Abisha hanya bisa memandang putrinya sedih, ia benar-benar tidak bisa membantu apapun sekarang.
"Tapi Abi yakin, kamu tidak akan membantah ucapan Abi dan menolak perjodohan itu. Keputusan Abi juga sudah bulat. Jadi, mau tidak mau, kamu harus nurut! Besok, kita akan melakukan dinner bersama keluarga calon suami kamu,"
Acha terus menunduk, dadanya berasa perih. Airmata yang sedari tadi ditahan sudah luruh dengan sendirinya. Apa yang bisa ia lakukan? bahkan untuk melawan keputusan itu saja ia tidak berani.
Acha menghapus airmatanya, "Acha kekamar dulu."
Acha langsung pergi kekamarnya. Ia sedikit berlari menaiki tangga.
Abisha langsung menatap dan mengusap bahu suaminya,"Bagaimana jika Acha menolak?"
"Dia tidak akan menolak, Umi." jawab Daffin.
Diposisi Acha, ia terduduk dilantai disamping tempat tidurnya. Sekarang ia menanggis sejadi-jadinya. Kenapa Abinya begitu tega? Bahkan mengambil keputusan tampa persetujuan, Acha.
Lulus sekolah sebentar lagi, bagaimana jika perjohonan itu berlanjut? Acha masih ingin kuliah, mengapai mimpi-mimpi yang sedari dulu Acha impikan. Bahkan nikah muda, bukan impian yang Acha inginkan.
"Sayang," Acha yang tadinya menunduk, kini menoleh kesamping yang sudah ada Uminya.
Acha menghapus airmatanya dengan cepat,
"Umi tau gimana perasaan kamu sekarang. Tapi, kamu harus yakin, Abi tidak mungkin memilih laki-laki untuk anaknya dengan sembarangan. Abi hanya ingin yang terbaik untuk kamu,"
Kini airmata Acha kembali mengalir,"Tapi Umi, Acha nggak mau dijodohin. Acha masih mau kuliah, nikmatin masa muda Acha sama temen-temen. Harusnya Abi ngerti dan tau itu,"
Abisha mengusap bahu anaknya, ia sedikit tersenyum,"Justru itu, Abi sama Umi cuman takut nanti kamu salah dalam bergaul. Lagian, walaupun kamu sudah menikah nanti, kamu masih bisa kuliah,"
"Tapi kalo calon suami Acha nggak ngijinin gimana? Nanti Acha malah dikurung dirumah, nggak boleh keluar, nggak boleh main, ketemu temen-temen Acha, Gimana?"
Abisha sedikit tersenyum.
"Gimana kalo pria pilihan Abi udah tua? Acha'kan nggak mau,"
Abisha kini mengeleng. Lucu sekali anaknya itu.
"Dengerin, Umi! Siapapun dia nanti, gimana pun bentuknya, yang terpenting agamanya,"
"Tapi selain baik agamanya, Acha'kan juga mau good looking,"
"Nggak harus good looking. Yang penting agamanya baik. Kalo agamanya sudah baik, Umi yakin, insyaallah, paket good complete. Percaya sama, Umi!"
Acha menghapus airmatanya sedikit kesal. Harusnya Abisha membelanya.
"Tapi Umi, Acha'kan belum siap nikah,"
"Sekarangkan? Lagian, masih lama juga. Sekarang, Abi cuman mau Acha kenalan sama dia. Siapa tau nanti suka," goda Abisha,
Acha mengerucutkan bibirnya,
"Ganteng loh," lanjut Abisha.
"Nggak peduli,"
"Katanya mau good looking,"
"Nggak jadi, bad looking aja,"
"Bener?"
Acha mengangguk, niatnya banyak syarat supaya nanti banyak pertimbangan.
Abisha tersenyum melihat wajah kesal anaknya,"sini peluk, Umi!" Abisha merangkul Acha dan membawanya kepelukannya.
"Umi yakin, nanti kamu bakal urungin niat kamu buat menolak perjodohan ini,"
Acha langsung mengalihkan pandangannya kearah Abisha. Heran.
"Apa Acha kenal sama orangnya?"
_________________________Happy reading🔥💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
Teen FictionMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...