43 Kabar Bahagia

46 1 0
                                    

Acha sedang berkutik didapur. Sekarang ia sedang mencuci piring. Tidak banyak, karena dirumahnya hanya ada dirinya dan Elvan.

Pekerjaan yang seharusnya dilakukan hanya dengan sekejap tapi sekarang malah berbanding terbalik. Acha terlihat seperti orang yang banyak pikiran. Entah apa yang sedang Acha pikirkan sekarang.

Disisi lain Elvan baru saja turun dari atas, ia langsung tersenyum melihat keberadaan Acha. Ia diam-diam mendekati Acha dan... hap, ia langsung memeluk Acha dari belakang.

"Astagfirullah," kaget Acha.

Elvan terkikik,"kamu kaget?"

"Ya iya lah bi, lagian besok-besok jangan gitu lagi. Sekarang lepasan dulu tangannya bibi. Acha mau selesain cuci piring."

Acha masih sibuk bekerja, namun Elvan sama sekali tidak menghiraukan ucapannya. Tidak sampai dua menit, Acha sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia langsung mengelap tangannya.

"Udah selesai?"

"Udah, bibi lepas dulu, ya!"

"Tapi bibi masih mau peluk,"

Acha hanya bisa mengeluh, entah kenapa akhir-akhir ini Elvan sedikit bersikap manja kepada Acha.

Acha mengambil tangan Elvan dan mulai sedikit melepasnya.

"Lepas dulu ya pak,"

Elvan langsung melepas tangannya. Ia sadar akan perubahan nada bicara Acha yang meminta dengan nada sedikit pelan.

"Cha, kamu kenapa?"

Acha membalikan tubuhnya dan tersenyum menatap Elvan.

"Nggak papa!"

"Kamu jangan bohong, Cha."

"Yaudah, kalo bibi nggak percaya terserah. Yang jelas Acha nggak papa dan Acha baik-baik aja. Oya, bibi mau berangkat sekarang?"

Elvan menatap Acha. Acha langsung menampilkan senyum termanisnya.

"Kenapa? Masih belum percaya?"

"Bibi percaya kalo kamu berbohong,"

Acha menarik napas pelan, ia sedikit tersenyum. "Sini nunduk sedikit,"

Elvan menaikan satu alisnya. Tidak lama Ia menuruti kemauan Acha untuk sedikit menundukkan tubuhnya.

Acha mendekati Elvan. Ia memegang kedua pipi Elvan dan menatapnya dengan tatapan dalam.

"Acha cuman mau bilang, Acha cinta sama bibi,"

Elvan terdiam. Kali pertamanya Acha menyebutkan kata-kata itu. Disaat Elvan masih terdiam tidak percaya. Acha mengecup pipi kanan dan kiri Elvan.

Elvan semangkin terganga. Ia menatap Acha yang tersenyum manis kearahnya.

"Udah mau jam 8, belum mau berangkat?"

Elvan tersadar dan langsung menegakan tubuhnya. Ia binggung mau berkata apa lagi. Huh, ia sungguh bahagia hari ini.

"Yaudah, bibi berangkat." Elvan langsung mengecup singkat dahi Acha.

Aiss, kenapa Elvan merasa salting!

***

"Umi bahagia liat hubungan kamu sama Elvan sekarang. Umi harap kamu bahagia sama suami kamu,"

Acha tersenyum menatap, Abisha. Kini mereka berada didalam kamar Acha yang ada dirumah Abi dan Uminya. Entah kenapa, Acha tiba-tiba merindukan kamarnya.

Tiba-tiba Acha memeluk Abisha erat.

Abisha sedikit tersenyum,"kenapa? Apa kamu ada masalah?"

Abisha mengusap lembut kepala Acha.

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang