36 istri Elvan

44 8 0
                                    

Tok...tok...tok
Acha yang berkutik didapur dengan segera membasuh kedua tangannya dan pergi membukakan pintu. Acha melirik jam dinding, apa Elvan sudah kembali dari mengajar? Ummm, Acha mengedikkan bahu dan dengan segera membuka pintu.

Pintu terbuka, ia menatap tamunya dengan senyuman. Tapi berbanding terbalik, tamunya malah memasang wajah sinis ketika melihat wajahnya.

"Kak Ale kan? Silahkan masuk kak!!" ucap Acha sopan,

Aleta langsung masuk kedalam, diikuti Acha.

"Lo ngapain disini?" tanya Ale berhenti diruang tamu dengan mata beredar keseluruhan ruangan.

"Apa Elvan belum Dateng? Tapi kenapa dia disini? Apa Elvan lagi didapur?" batin Aleta

"Acha disini karena...,"

"Elvan kemana?" potong Aleta tampa berniat mendengarkan ucapan Acha.

"Belum pulang. Oya, Acha ambil minum dulu sebentar,"

Acha berlalu menuju dapur. Sedangkan Aleta? Ia mencoba berpikir, kenapa Acha ada dirumah Elvan? Kenapa Acha bisa melayaninya ibarat tuan rumah? Aleta langsung menatap kearah dapur, sekarang ia mulai merasakan kejanggalan.

"Wait! Elvan nggak ada, terus kenapa dia ada disini? Apa dia jadi pembantu Elvan sekarang? Ummm, Bisa jadi sih!" Pikir Ale cuek.

"Diminum ya, kak!"

Acha ikut duduk setelah memberikan air tersebut. Ia menatap Aleta dengan tatapan ramah.

"Kak Ale mau ngapain kesini?"

"Ya cari Elvan lah! Guekan udah bilang tadi. Lagian Lo ngapin sih disini? Apa Lo pembantu Elvan baru? Bukannya bokap sama nyokap Lo udah kaya? Jadi buat apa Lo kerja? Lo nggak kuliah? Lo udah luluskan? Ah, gue inget banget, Lo udah luluskan. So, Lo kenapa mau jadi pembantu Elvan? Jangan-jangan, Lo mau godain Elvan? Hem," Aleta tersenyum jahat, bahkan ia tidak memberikan Acha kesempatan untuk menjelaskan semuanya.

"Lo berhijab, tapi ternyata cuman buat nutupin sikap buruk Lo doang. Supaya Lo dipandang baik gitu sama orang-orang?"

Awalnya Acha merasa biasa saja tentang penuturan Aleta, tapi untuk ungkapan terakhirnya cukup membuat Acha tersinggung. Ia benar-benar tidak terima jika harus pakainya yang Disalahkan.

"Maaf ya kak sebelumnya, saya nggak papa tentang pemikiran buruk orang-orang tentang saya, tapi kalo udah menyangkut pautkan tentang pakaian yang saya kenakan saya nggak suka. Yang harus kakak inget, kalo pun disini saya melakukan keburukan, jangan pernah berpikir bahwa pakaian yang saya pakai, saya gunakan untuk menutupi sikap buruk saya, tapi langsung salahkan saya, orangnya!"

Aleta tersenyum meremehkan, ia menatap Acha yang menampilkan wajah sebal.

"Terus, ngapain kamu masih disini?"

Acha hanya diam, tak lama ia mendengar salam dari seseorang.

"Waallaikumussalam, pak Elvan,"

Aleta menatap sinis, Acha. Detik berikutnya ia tersadar,

"Elvan salam? Apa gue yang salah denger?"

Ia beralih menatap Elvan yang tersenyum hangat kepada Acha. Aisah, Aleta tidak suka melihat itu.

"Ale kamu ngapain kesini?"

"Ya kangenlah sama kamu,"cemberut Aleta, ia sangat berharap dengan begitu, ia bisa mendapat sedikit perhatian dari Elvan. Membujuknya, mungkin.

Elvan menatap Acha yang hanya menampilkan wajah biasa saja. Elvan langsung duduk disamping Acha dan tentu saja membuat Aleta ternganga tidak percaya.

"Elvan, kok kamu duduk samping dia sih?" tutur Ale dengan kesal.

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang