#26 memeluk Elvan?

32 7 0
                                    

"Pak Elvan," gumam Acha.

Ia melihat Elvan turun dari motor tampa melepas helmnya. Namun, kaca helmnya ia buka dan menampakan wajah tampannya.

Salah satu penculik yang tadinya menyetir turun, beserta satu orang disamping, Acha. Sedangkan yang satunya memegangi Acha erat supaya tidak kabur.

Acha mulai memberontak, ia akan lakukan apapun supaya ia bisa bebas.

"Kenapa tuan menghalangi jalan kami?" tanya salah satu penculik yang berstatus anak buah papanya.

"Lepasin dia!" suruh Elvan.

"Maaf, ini perintah dari pak Felix, kami tidak bisa membantah."

Elvan mulai emosi, ia berjalan mendekati mobil yang terlihat Acha sedang berusaha melepaskan diri didalam.

Tangan Elvan ditahan, membuat Elvan mau tidak mau memukul salah satu anak buah papanya.

Alhasil, terjadi perkelahian. Dua lawan satu. Elvan hanya tersenyum kecut. Untung ia pernah belajar ilmu bela diri, jadi tidak sulit mengalahkan anak buah papanya.

Elvan mendekat dan membuka pintu mobil.

Elvan langsung menarik penculik itu keluar dan melayangkan sedikit pukulan. Acha bergegas keluar. Ia sedikit bernapas lega.

Elvan menghampiri, Acha. Ia mengambil salah satu tangan Acha yang membuat Acha sedikit kaget. Acha sedikit terdiam, menatap Elvan tidak percaya.

"Pak awas," kaget Acha ketika salah satu penculik hendak memukul, Elvan. Namun, tangannya terlebih dahulu ditepis, Elvan.

Elvan kembali menarik, Acha. Mereka bergegas menuju motor. Sepertinya anak buah papa-nya tidak akan menyerah.

Elvan menaiki motornya,"Ayo cepet naik!" suruh Elvan.

Acha naik, untung ia menggunakan celana panjang dan kaus kaki. Setidaknya dapat melindungi kakinya ketika roknya sedikit naik keatas.

"Pegangan!"

Deg...
Acha harus berpegangan kemana? Ia terdiam. Seketika ia merasakan tangan Elvan mengambil kedua tangannya. Acha terkejut. Jantungnya berdetak hebat ketika Elvan dengan santainya melilitkan tangan Acha kepingang, Elvan.

"Pak," Acha mulai menarik tangannya, namun Elvan mencegahnya.

"Nanti kamu bisa jatuh. Pegangan yang erat!"

Suara Elvan kini tampak berbeda. Tidak seperti biasanya yang terdengar dingin.

Elvan langsung menjalankan motornya. Awalnya Acha ingin manarik tangannya. Namun, Elvan menjalankan motornya begitu cepat, membuat Acha terkejut dan kembali berpegangan. Lebih tepatnya memeluk, Elvan. Gurunya? Rasanya Acha tidak menyanggka. Sepertinya ia harus mandi kembang tujuh rupa nanti setelah pulang.

"Woy, bangun!" salah satu penculik masih sibuk membangunkan temannya yang jatuh pingsan.

Ia mondar-mandir dari satu teman hingga keteman lainnya.

"Cepetan, tahanan kita kabur."

Kedua penculik yang pingsan itu terbangun dan bangkit dengan perasaan kaget ketika mendengar tuturan salah satu penculik. Mereka masuk ke mobil untuk mengejar, Acha dan Elvan.

"Itu mereka, cepet-cepet!"

Elvan melirik kearah spion, anak buah papanya kembali mengejar. Elvan sedikit menambah kecepatan motornya.

Elvan berhenti ditempat sepi. Memang sedari tadi tempat yang mereka lewati cukup sepi. Entah dimana mereka sekarang berada.

"Pak, kenapa berhenti disini?"

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang