"Cha, kedepan, yuk. Tadi gue liat ada akang-akang jual sesuatu disana," ajak Claudia. Ia menghampiri Acha yang sedang duduk dikasur sambil belajar untuk persiapan olimpiade besok.
Sintia yang duduk disofa kini matanya berbinar mendengar tuturan, Claudia. Ia menyimpan bukunya dan bangkit menghampiri dua temannya."Yuk, gue mau banget," sahutnya.
"Ye... siapa yang diajak disiapa yang nyaut,"
"Yaelah, lu emang nggak mau ajak gue apa? Tega banget lu...," renggek Sintia sambil menyilangkan tangannya didepan dada. Kini wajahnya tampak kesal.
"Bukan gitu... ah, udah! Cha, lo mau ikut nggak sama kita? Sekalian jalan-jalan. Tadi gue liat dari balkon rame banget tau nggak dibawah. Kayanya itu sih yang bakal ikut olimpiade besok. Lo mau ikut nggak? Sekalian cuci mata," ajak Claudia.
Claudia memang sempat pergi kebalkon setelah salat magrib. Ia belajar disana. Ketika selesai melaksanakan salat isya, ia melihat banyak ank6a muda seumuran dengannya didepan. Tepatnya diarea sekolah.
"Maaf, ya, kalian berdua aja deh kayanya! Soalnya Achs mau istirahat. Ngantuk,h" jawabnya sedikit terkekeh.
"Jam segeni udah mau tidur? Ditawain guling nanti lu, cha," timpal Sintia yang sudah duduk diranjang. Tepatnya depan, Acha.
Acha tersenyum. Apa ada yang salah jika ia tidur jam segitu?
"Ya, awalnya sih ditawain guling tapi sekarang udah nggak. Karena Acha selalu bangun dulu dari guling,"
"Belum sampe jam 8 loh, cha. Masa udah mau tidur,"
"Acha capek aja. Yaudah, kalian cepetan sana kalo mau jajan! Nanti nggak dibolehin loh," suruh Acha.
"Okey. Lo nggak mau nitip?"
"Nggak usah. Makasih." jawabnya sedikit tersenyum.
"Yaudah, kita kesana dulu."
Sintya beranjak. Mereka keluar dari kamar dan langsung menuju kebawah. Acha melirik jam tangannya. Sekitar 15 menit lagi menunjukan jam 8 malam. Acha pergi ketoilet, cuci muka, Wudhu. Acha mengambil mushaf kecilnya dan membaca surah Al-mulk. Setelah selesai, Acha menyimpan kembali dan langsung tidur. Sebelum tidur, tidak lupa Acha selalu membaca istighfar, shalawat, ayat kursi, dan tidak lupa doa sebelum tidur.(Kamu jangan lupa baca juga ya.)
***
Dua keluarga sedang berkumpul dirumah, Daffin. Terdengar suara tawa menandakan bertapa bahagianya mereka yang ada disana. Abisha memandang suaminya dengan senyum bahagia. Ia kembali menatap seorang pria yang nanti akan dijodohkan bersama, Acha. Arzan Nafisqy. Ya... pria itu. Pria yamg dijadikan Daffin sebagai guru private Acha, supaya mereka bisa saling mengenal satu sama lain tampa sepengetahuan, Acha.
"Abisha, udah lama ya nggak ngumpul kaya ini," ucap Arumi. Ia duduk disamping, Abisha.
Abisha tersenyum,"Iya, kak,"
"Arzan, gimana? Apa kamu benar-benar belum siap untuk bertemu dengan Acha sebagai jodohnya?"tanya Daffin. Ia menatap Arzan yang duduk disamping ayahnya.
"Iya, Arzan. Supaya kalian nanti bisa memulai untuk saling mengenal. Sekarang Acha sudah kelas 12, tinggal menunggu hitungan bulan ia akan lulus," tambah Farhan serius.
Arzan menghela napas ringan. Lalu tersenyum. Arzan tau, Arzan rasa, ia juga memiliki rasa pada gadis itu. Tapi, ia tidak tau apakah Acha memiliki rasa yang sama dengan dirinya. Ditambah umur mereka yang terpaut 5 tahunan. Bisa saja Acha hanya menganggapnya Guru privatenya bahkan abangnya saja. Bisa sajakan?
"Arzan nggak tau yah, bi... cuman, Arzan lagi ngerasa kalo Acha itu nggak bakal nerima, Arzan,"
Abisha dan Arumi saling pandang. Sedangkan Daffin dan Farhan sedikit terkejut mendengar tuturan, Arzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
TienerfictieMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...