42 Habibi?

38 3 0
                                    

"Sepertinya Elvan akan selalu membenci Papa,"

Felix terus menyalahkan dirinya. Entah pintu maaf terbuka atau tidak, tapi ia akan terus berusaha supaya bisa mendapatkan maaf dari, Elvan.

Anita memegang bahu Felix.

"Mungkin Elvan butuh waktu pa, dan mungkin Elvan kaget liat Papa yang tiba-tiba ada dirumahnya."

"Tapi Ma, papa benar-benar menyesal. Papa hanya ingin memperbaiki semuanya. Apa Papa memang pantas mendapatkan semua ini? Papa sadar, papa udah jahat sama anak papa sendiri, tapi papa benar-benar tidak bermaksud, ma."

"Mama tau, tapi mereka juga punya pilihan sendiri dan kita harus hargain itu. Percaya sama mama, menantu kita tidak akan tinggal diam dan mama yakin, menantu kita bisa membujuk hati Elvan untuk memaafkan papa."

Anita menatap Felix tersenyum untuk menyakinkan tentang hal tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu. Anita membuka pintu kamarnya.

"Maaf, buk, diluar ada den Elvan,"

Anita sedikit kaget, begitu juga dengan Felix. Spontan ia mendekati Anita dan pembantunya.

"Okay, suruh tunggu sebentar ya!"suruh Anita.

"baik, buk. Saya pemisi,"

Anita langsung menatap Felix,"Mama harap, mereka datang kesini bawa kabar baik,"

Anita dan Felix langsung menemui Elvan dan juga Acha yang sudah duduk diruang keluarga.

"Acha, Elvan, Mama senang sekali kalian kesini,"

Acha tersenyum lalu menyalimi mertuanya, tapi tidak dengan Elvan. Ia hanya diam dan sesekali menampilkan sedikit senyuman. Tidak lama, mereka dipersilakan duduk oleh Anita.

"Elvan," panggil Felix tiba-tiba.

Elvan langsung menatap Felix. "Papa sangat berharap, dengan datangnya kamu dan istri kamu kesini itu artinya kamu sudah memafkan papa. Jujur, papa benar-benar menyesal, papa minta maaf atas sikap papa selama ini, papa janji, papa akan perbaiki semuanya,"

Elvan hanya diam, tak lama ia merasakan tangan Acha yang tiba-tiba mengenggam tangannya. Elvan menatap Acha yang mengangguk sebagai kode untuk mengatakan iya.

"Van, kasih papa kamu kesempatan. Papa sudah menyesel. Apa kamu tidak capek, selalu hidup bermusuhan seperti ini,"

Elvan menatap Anita maupun Felix secara bergantian.

"Elvan maafin papa. Jujur, mungkin selama ini Elvan sempat marah, kecewa sama Papa yang sedari dulu selalu ngatur-ngatur Elvan. Tapi untuk sekarang, Elvan sudah iklas dan mau lupain itu semua. Sekarang Elvan hanya takut, ini cuman alasan papa mau sakitin istri Elvan."

Acha langsung menatap Elvan tidak suka.

"Bapak nggak boleh ngomong, pak!" tegur Acha pelan.

"Papa tau, mungkin kamu berpikir seperti itu karena sesuatu yang pernah terjadi sama keluarga kita sebelumnya. Tapi papa janji, papa tidak akan menyakiti istri kamu dan menentang kamu lagi Van,"

"Apa papa bisa jamin itu?" Elvan terlihat emosi. Acha saja sontak kaget karena Elvan tiba-tiba melepas tangannya dan tiba-tiba berdiri begitu saja.

"Elvan tunggu nak," ucap Felix ikut berdiri. Begitu juga dengan Acha dan Anita.

Elvan berhenti dengan mata yang sudah memerah. Entah kenapa egonya lebih tinggi.

Felix menghampiri Elvan."sekali lagi papa minta maaf. Mungkin papa memang pantas mendapatkan ini semua. Papa janji, papa tidak akan menggangu kamu lagi setelah ini."

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang