Setelah melaksanakan makan malam, keluarga Daffin dan Felix berkumpul diruang keluarga. Ketiga pria sibuk berbincang masalah mereka, sedangkan para wanita mereka itu sibuk berbicara mengenai, Acha.
Sedari tadi Acha hanya menanggapi ucapan Abisha dan Anita dengan senyuman. Ia benar-benar dinasehati habis-habisan mengenai orang hamil.
"Pokoknya kalau kamu butuh sesuatu panggil Umi, jangan sendiri-sendiri," tutur Abisha
"Kamu jangan cape-cape, nanti Mama bakal sering kesini buat nengokin kamu."
Acha menatap Elvan Dengan tatapan mengeluh. Elvan yang ditatap seperti itu hanya menampilkan wajah yang paling mengesalkan bagi Acha.
"Lebih baik sekarang kamu istirahat, ya kan sha? Udah malam, hampir jam 10 malam," suruh Anita
"Iya, sayang. Tidak baik begadang untuk kamu."
"Tapi kalian kan masih disini, Acha nggak enak. Masa Acha udah tidur aja,"
"Bentar lagi kita mau pulang Cha, yaudah kita antar kamu kekamar,"
Acha sedikit menolak, namun kedua wanita itu terus membawanya untuk menuju kamar. Acha seperti orang sakit.
Sampai dikamar, Acha langsung disuruh berbaring. Abisha mulai menyelimuti anaknya. Kedua wanita itu secara bergantian mencium dahi Acha.
"Istirahat, Mama sama papa pamit pulang dulu,"
"Umi sama Abi juga pamit pulang, besok biar Umi yang buat sarapan buat kamu sama suami kamu,"
Acha mengangguk,"Makasih ya...umi sama mama udah perhatian sama, Acha."
Keduanya tersenyum sambil menatap secara bergantian.
"Kamu nggak perlu ngerasa nggak enak, kami orang tua kamu Cha, jadi wajar kalau sebagai orang tua kami merasa khawatir sama anaknya."
Acha tersenyum haru menatap kedua wanita kesayangannya.
"Yaudah, kamu istirahat. Umi sama Mama keluar dulu,"
Kedua wanita itu keluar dari kamar, Acha. Acha menatap langit kamarnya. Ia merasa beruntung memiliki orang tua yang sangat baik kepadanya. Bahkan ibu mertuanya juga begitu. Acha mulai memejamkan matanya. Semoga ia bisa mimpi indah malam ini.
****
Elvan naik keatas, kedua pasang orang tuanya sudah pulang kerumah mereka masing-masing. Elvan dengan pelan membuka pintu kamar. Ditangannya ia memegang segelas air putih. Elvan tersenyum menatap Acha yang sudah tertidur dengan pulas.
Elvan menyimpan air putih diatas nakas. Ia berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri sebelum tidur. Selepas dari toilet, Elvan langsung membaringkan tubuhnya disamping, Acha.
Elvan memiringkan tubuhnya, seperti biasa ia akan membawa Acha untuk tertidur di pelukannya.
"Bi," Acha terbangun
"Loh, kok bangun?"
"Mama sama Papa udah pulang?"
"Udah. Sekarang kamu tidur lagi!"
Acha kembali memejamkan matanya. Elvan mengeratkan pelukannya dan mencium dahi Acha.
"Makasih udah mau menerima bibi. Bibi bahagia punya kamu dihidup bibi. I love you."
*****
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, banyak masa yang telah berlalu. Elvan begitu telaten menjaga Acha. Ia begitu memanjakan, Acha. Apapun yang Acha inginkan selalu Elvan usahakan untuk memenuhihya. Pernah seketika Acha tengah malam bangun untuk membuat nasi goreng, awalnya Acha tidak berniat untuk meminta Elvan untuk membuatkannya atau membelikanya diluar, namun sewaktu Acha beranjak, Elvan juga ikut terbangun. Acha hanya bisa tersenyum, walaupun lelah, Elvan tidak pernah memperdulikan hal tersebut. Hingga sampai tiba anak mereka lahir. Um, seluruh keluarga ikut bahagia. Apalagi kedua orang tua Acha maupun Elvan.
Acha sekarang masih terbaring di blankar rumah sakit sambil mengendong putra pertamanya. Tangis haru keluar dari matanya. Ia tidak menyangka, bahwa ia akan mempunyai anak sebelum menginjak usia 20 tahun.
"Anak Bunda, ganteng banget." Acha tersenyum menatap anaknya.
"Umi boleh gendong nggak?"
"boleh Umi,"
Abisha kembali mengambil cucu pertamanya. Entahlah, Abisha dan Anita tidak henti-hentinya mengendong cucu barunya itu. Hingga Felix dan Daffin terheran-heran. Kedua wanita itu menjauh dan bergerak mendekati Daffin dan Felix yang sedang duduk disofa rumah sakit.
Elvan menghampiri Acha, ia tersenyum bahagia. Acha ikut tersenyum. Elvan memutar tubuhnya menatap orang tuanya yang tertawa bahagia.
"Boleh duduk di samping kamu nggak?"
Acha hanya tersenyum, ia menatap Elvan yang duduk dikursi samping brankarnya. Sekali-kaki pria itu juga mencium tangan, Acha.
"Nggak muat, bi. Duduk disitu emang kenapa sih,"
"Mau peluk,"
"Nanti kalo udah dirumah!"
Elvan semangkin tersenyum menatap, Acha.
"Aku bahagia banget. Tuhan baik banget udah kirim kamu disini buat aku. Jangan permah berubah ya Cha, apapun yang terjadi, bibi mohon, tetap cintai bibi,"
Acha sedikit tersenyum,"Iya," jawab Acha sambil mengangguk.
***
Jam menunjukan pukul 8 malam, saat ini Acha sudah berada di rumahnya dan sedang bermain bersama putranya. Hem, Acha sampai lupa, ia belum bertanya siapa nama putranya yang mengemaskan itu.
Acha tidur miring menghadap putranya. Sesekali ia tersenyum memandang wajah yang masih terlihat sedikit merah.
"Nanti kalau sudah besar, jadi laki-laki yang bertanggung-jawab ya! Hargai perempuan dan nggak boleh kasar..." belum juga Acha menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Elvan datang, berbaring di samping Acha dan tidak lupa lelaki itu memeluk Acha dari belakang.
"Bi, Astaghfirullah bi, ngagetin tau nggak,"
Elvan hanya tertawa dan semangkin mempererat pelukannya.
"Acha lagi sibuk loh, lepas dulu tangan bibi, ih bibi,"
"Orang dede bayinya juga tidur. Lagian tadi bibi minta peluk katanya di rumah,"
Acha tidak bisa berkata-kata. Ia mengusap pipi anaknya. Elvan yang sadar langsung melepas pelukannya. Ia sedikit mengintip apa yang sedang Acha lakukan dan menompang kepalanya dengan satu tangan.
"Gantengkan? Ya, iyalah, Mirip Bibi."
"Iya. Namanya siapa Bi, masa Acha nggak dikasih tau, jahat mah bibi,"
Elvan langsung mengecup singkat pipi Acha sakin gemasnya.
"Jangan sentuh Acha,"
Elvan tertawa,"Muhammad Rayanza Narendra,"
"Anza,"lirih Acha lalu tersenyum.
"Nanti Rayanzi kalau anak kedua kita cowok,"
"Baru juga lahiran bi, masa udah mau anak lagi,"
"Ya nggak papalah, lagian buatnya juga enakan,"
Ingin rasanya Acha menjitak kepala Elvan yang tampa dosa menuturkan kalimat itu.
Acha menatap sinis Elvan yang menatapnya dengan senyuman manja.
Tak lama Elvan kembali mengecup pipi, Acha.
"I love you and I love you too." ucap Elvan untuk anak dan istrinya.
"I love you too, dadi." jawab Acha sedikit meledek Elvan.
END!
Tiada kata Tampa maaf dan terima kasih sudah membaca cerita gaje ini sampai akhir!🤌😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
Teen FictionMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...