#15 Apakah cemburu?

48 8 0
                                    

Hari terus berlalu, kini Acha semangkin giat belajar. Bahkan, waktu istirahatnya terbilang sangat minim. Pagi ia akan belajar disekolah, pulangnya belajar tambahan dan dirumah ia juga ada belajar tambahan.

Beberapa minggu ini, banyak sebuah kejadian yang ia alami. Ia juga sering bertemu dengan tiga pria asing baginya yaitu, Arzan, Elvan dan Zidan.

hari ini merupakan hari terakhir Arzan mengajari Acha, karena seminggu kedepan, Acha akan belajar bersama Elvan gurunya.

Jam menunjukan pukul hampir pukul 5 sore, seperti biasa, Acha sedang berada digazebo bersama Arzan dan Bela.

Mereka baru saja selesai belajar, dan sedikit mengobrol.

"Kak Arzan makasih ya udah mau ngajarin, Acha. Maaf, kalo selama Kakak ngajarin Acha, otak Acha agak lelet,"

Arzan terkekeh, kenapa Acha bisa berbicara seperti itu?

"Iya, sama-sama. Kamu pinter, kok."

Acha tersenyum. Entahlah, terasa ada yang berbeda pada dirinya?

"Acha minta maaf kalo selama ini Acha ada buat salah,"

Tiba-tiba Acha merasa sedih! Apa karna ia tidak akan bertemu Arzan lagi?

Arzan lagi-lagi tersenyum, lalu sedikit bergumam."Um, saya juga minta maaf, mungkin ketika saya mengajari kamu, ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan kamu,"

Acha sedikit bergumam.

Acha memberanikan diri menatap, Arzan. YaAllah, dia begitu tampan. Astaghfirullah, Acha merutuki dirinya katika ketahuan oleh, Arzan. Ais... memalukan sekali.

Arzan sedikit mengeleng sambil sedikit tersenyum.

Acha memilih melihat Bella yang sedang belajar mengambar. Sedari tadi ia hanya diam. Kenapa anak kecil itu terlihat sibuk?

"Acha," panggil Arzan tiba-tiba. Dan, ya... berhasil membuat jantung Acha ingin loncat.

Acha menoleh kearah Arzan sebentar, lalu mengalihkan pandangan-nya kembali kearah Bella yang ada disamping ,Arzan.

"Kenapa?"

"Saya mau ajak kamu jalan. Apa kamu mau?"

Acha sedikit kaget. Apakah ia tidak salah dengar? Ooo... sepertinya kupingnya sedang bermasalah, pikir Acha.

Acha masih diam, entah apa yang ada dipikiranya.

"Gimana?" tanya Arzan lagi.

Acha langsung menatap, Arzan.

"Tadi kak Arzan bilang apa?"

Arzan sedikit tertawa, ternyata Acha tidak mendengarnya. Hemm.

"Kamu mau jalan sama saya?"

Acha sedikit ternganga! Ternyata ia tidak salah dengar.

"Um... jalan?"

"Iya. Besok! Saya jemput kamu,"

Acha terdiam sebentar,

"Maaf, ya, kak, Acha nggak bisa,"

Acha sebenarnya mau. Tapi, ia tidak akan dikasih izin oleh, Daffin.

"Iya. Saya mengerti, pasti kamu sekarang sedang sibuk." Ada perasaan kecewa dihati Arzan. Tapi, tidak apa.

Sedangkan Acha?  Acha  merasa tidak enak. Acha menatap, Arzan. Ada raut kekecewaan diwajah, Arzan.

"Bukan gitu. Acha nggak bakal diizinan Abi untuk keluar. Apalagi besok malam minggu,"jelas Acha

Arzan kembali tersenyum."Kalo masalah itu, tenang aja! tadi saya sudah izin sama Abi, katanya boleh," tutur Arzan.

"Ha?"

Acha benar-benar tidak percaya? Kenapa bisa? Selama ini, Acha pasti dilarang untuk keluar, apalagi malming. Padahal sama Fiona! Dan sekarang? Bersama Arzan? Apa mungkin? Pasti Arzan salah denger atau salah mengartikan ucapan, Daffin.

"Kamu tidak percaya? Kamu bisa tanya Abi kamu."

Acha masih diam.

"Acha," panggil Arzan sambil menatap Acha

"Kamu mau? Kamu tenang aja, nanti kita perginya nggak berdua. Kamu bisa bawa Bella. Tapi kalo kamu nggak mau juga nggak papa."

Acha binggung. Iya, kalo Bella mau. Maupun nanti bundanya yang melarang.

"Nanti Acha tanya Abi dulu, ya, kak."

Arzan mengangguk sambil sedikit tersenyum.

***

ELVAN POV

Aku baru saja sampai dirumah. Sepulang dari mengajar, aku menyempatkan diri untuk pulang kerumah untuk menemui mama. Kalo saja bukan permintaan mama maka aku tidak mau mengijakan kaki kerumah itu. Seperti biasa, akan selalu ada perdebatan diantara aku dan papa.

Pukul 4 sore, aku sudah berada dikamarku. Aku langsung bergegas mandi, karna badanku terasa sangat gerah. Seperti biasa, aku pergi kebalkon kamar untuk menikmati udara sore. Apalagi, diarea tempat aku tinggal sekarang banyak orang jalan-jalan sore, jogging, jadi membuat aku cukup nyaman tinggal disini.

Pandanganku kini beralih kepada seorang pria dan dua wanita sedang duduk digazebo. Ah, dia? Wanita aneh. Tapi tunggu, lelaki itu?

"Kenapa lelaki itu sering kerumah, Aqeela?"

Aku menatapnya penuh keheranan. Aku pernah melihat pria itu. Pria yang tidak sengaja bertabrakan denganku waktu didepan kafe. Dan aku sering melihat mereka berdua berada disana. Setiap sore! Tidak juga sih! Selasa dan jumat.

Tapi apa yang mereka lakukan? Kenapa aku begitu penasaran? Dan disana terlihat ada buku. Apa Aqeela belajar bersama lelaki itu? Terus lelaki itu siapa? Dan kenapa mereka terlihat begitu dekat? Entahlah, kenapa aku jadi orang kepo begini. Dia hanya muridku. Jadi, terserah dia.

Namun, entah kenapa tubuhku memintaku untuk tetap memperhatikan mereka.

Sebenarnya ada yang berbeda pada diiriku. Kenapa rasanya tidak suka melihatnya? Aku terus merutuki diiriku. Aku juga binggung. Sudahlah!

Aku memilih untuk masuk kekamar. Aku memilih untuk membaca. Terdengar Azan berkumandnag. Aku terdiam! Setiap mendengar bunyi itu, hatiku mendadak tenang. Ada apa? Aku juga merasakan jantungku berdebar ketika mendengar Azan.

Lama terdiam, aku memilih untuk turun kebawah dan memasak mie instan. Ya, hanya itu yang ada dirumah. Aku tidak bisa memasak. Jadi, jika aku malas untuk makan diluar, aku hanya memakan mie instan saja.

15 menit, aku kembali kekamar dengan perut yang lumayan sedikit kenyang. Aku kembali pergi kebalkon kamar. Pemandangan disini sungguh indah kalau malam hari. Pandanganku langsung beralih kepada 2 orang pria yang baru saja masuk keparkarangan rumah Aqeela.

Lelaki tadi dan kalo tidak salah disitu ada papanya, Aqeela. Dulu aku pernah melihatnya mengantar-jemput Aqeela kesekolah. Dan sepertinya mereka dari melaksanakan kewajiban mereka dimasjid. Aku menatapnya sedikit sendu. Sedih. Aku tidak tau! Rasanya begitu banyak jarak dengan mereka.

"Apa dia pacar, Aqeela? Atau abangnya?"

Dalam pikiran aku menerka-nerka. Jika itu abangnya Aqeela, kenapa ia seperti tidak tinggal disana. Apa dia juga mencoba hidup mandiri?

"Siapapun dia, gue yakin, Aqeela akan memilih lelaki yang tidak jauh darinya, seiman."

___________________________
🪵Happy reading دلك،🪵

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang