Disinilah sekarang Acha dan Elvan, sebuah tempat berteduh ditepi jalan. Namun, Acha masih bersyukur, masih ada tempat berteduh disaat hujan deras begitu.
Acha memeluk dirinya sendiri. Sedangkan disampingnya ada Elvan yang juga duduk sambil memandangi hujan.
Acha begitu kegitu kedinginan, karena baju bawahnya basah, karena berlari menerobos hujan sebelum menemukan tempat berteduh.
"Acha saya mau ganti baju,"
Acha menatap Elvan dengan heran. Kenapa ganti baju saja bilang sama, Acha? Apa dia akan menyuruh Acha mengantikanya baju?
Acha membuang muka.
"Aqeela nggak akan liat," balas Acha seolah-olah mengerti keinginan, Elvan.
Elvan langsung menganti bajunya yang basah. Ia mulai mengambil baju ganti dalam tasnya. Ia melihat ada satu baju panjang. Ia berjalan menghampiri Acha yang masih memandangi hujan.
"Aqeela..." tidak Ada sahutan. Mungkin karena hujan yang turun begitu deras.
Elvan memutuskan untuk duduk disamping, Acha.
"Aqeela," panggilnya lagi.
Acha menoleh dan langsung mengeser duduknya."Iya,"
"Kamu mau ganti baju? Saya ada baju lebih ditas,"
Seketika Acha melongo mendengar kata 'ganti baju'. Ia kalau ada toilet. Ini nggak ada. Dimana ia harus berganti baju?
"Nggak,"
"Tapi baju kamu basah, nanti kamu bisa sakit. Kamu tenang saja, saya tidak akan mengintip."
Siapa yang tau? Siapa saja nanti Elvan hilaf dan melupakan ucapannya. Bisa saja'kan?
"Maa, pak, saya nggak mau." tolak Acha.
"Yaudah," pasrah Elvan.
Acha memejamkan matanya. Mengingat itu, semangkin membuatnya pusing. Matanya berat, kedinginan, capek. Ia ingin tiidur. Namun, Acha harus menahan rasa kantuknya. Tapi, sejauh apapun Acha menahannya, ia tidak bisa. Kepalanya begitu pusing dan akhirnya matanya tertutup rapat.
Elvan pov
Aku sedari tadi hanya diam, memandangi hujan yang turun begitu deras. Aku mengalihkan pandanganku kesamping, tepatnya ditempat Aqeela berada. Aku melihat ia sudah tertidur dengan kepala menyandar disalah satu tiang tempat kami berteduh. Wajahnya sudah terlihat sangat pucat, mungkin karena kedinginan. Apalagi ia mengunakan baju basah sekarang.
Entah dorongan dari mana, aku beranjak dan mulai duduk disamping, Aqeela. Aku memandangi wajahnya lekat, tak terasa bibirku membentuk lengkungan indah ketika memandang wajah yang begitu meneduhkan hati. Jantungku kini sudah berdetak hebat. Ya, aku memang suka sekali untuk melakukan sport jantung. Heheh....
Aku mengerakan tanganku untuk menyentuh pipi, Aqeela. Jika ia tau, mungkin ia akan marah. Tapi, untuk sekali ini, dan tidak akan lagi.
Aku mengerakan tanganku ragu-ragu. Rasanya ingin mengurungkan niat, namun rasa ingin menyentuh itu ada.
Aku mulai merasakan pipi lembut itu. Panas, aku sedikit kaget. Apa dia demam? Aku mulai meletakkan tanganku dikeningnya, rasanya tanganku terasa dipanggang.
"Aqeela," panggilku pelan. Tidak ada jawaban.
Aku menepuk pelan pipinya, namun ia tidak merespon. Apa dia pingsan? Aku mulai khawatir. Aku kembali membangunkan-nya, dan sama. sepertinya dia benar-benar pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
Teen FictionMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...