بِسْـمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Siapa pun bebas mengeluh atas hidupnya,
Siapapun bebas meluapkan emosinya katika sudah tidak bisa terbendung lagi.
Kamu bebas melakukan apa pun yang kamu sukai,
Terserahmu dan itu adalah hakmu...
Tapi kamu jangan lupa!
Bahwasannya didunia ini mempunyai batasan dan kamu harus sadar itu!
Bebas bukan berarti kamu bisa berbuat semaumu,
Bebas bukan berarti kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan.
Ingat!
Semua ada porsinya masing-masing.Mmh
_______________________"Musola, yuk!" ajak Acha. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka ketika jam istirahat untuk melakukan shalat dhuha.
"Hari ini gue lagi kedatangan tamu. Jadi, hari ini cuti dulu," jawab Fiona diakhiri kekehan. Fiona mengeluarkan hpnya, lalu membuka camera untuk bercermin.
"Emang kamu nggak mau ikut?"
"Lo sendiri aja, ya! Gue bener-bener mager banget kalo udah kedatangan tamu kaya gini,"
"Berarti Acha sendiri, dong?"
Fiona mengangguk. Membuat Acha memasang wajah mengeluh.
Acha bangkit dari duduknya."Yaudah, Acha kemusola dulu," ucap Acha berlalu dan langsung menuju kemusola.
"Iya."
Acha berjalan sedikit lesu menuju musola. Wajah-nya kini terlihat sendu. Pikirannya sedang kacau sekarang. Matanya juga sedikit bengkak. Intinya hari ini mood Acha sedang tidak baik.
Acha langsung mengambil whudu. Lalu melaksanakan shalat dhuha dengan khusu'. Selesai salat, Acha hanya duduk terdiam. Pandangan fokus kedepan. Airmata tiba-tiba menetes dengan sendirinya. Ia hanya mampu bercerita kepada Allah melalui batin-nya.
"Untuk yang kedua kalinya, Acha rasanya lebih milih amnesia dari pada ingat tentang itu," batinnya.
Flashback on
"Dia sudah kembali ke-Indonesia beberapa hari yang lalu," tutur Daffin. Daffin dan Abisha sedang mengobrol dikamar. Ditempat biasa mereka bercerita.
"Rencana-nya Abi akan mempertemukan Acha dengan dia, Umi," lanjut Daffin.
Abisha menarik napas pelan,"Apa tidak terlalu cepat? Acha baru saja menduduki kelas 12,"
Daffin menatap, Abisha. Entah kenapa, ada raut wajah kekhawatiran terpantul dari wajah istrinya.
"Ini hanya untuk proses pengenalan. Abi yakin, Acha bakal suka sama dia,"
"Terserah, Abi! Yaudah, Umi mau kedapur dulu,"
Acha yang sedari tadi berada didepan kamar orang tuanya langsung bergegas menuju kamarnya kembali. Ia langsung mengunci pintu kamar. Niat Acha tadi ingin mengambil air putih karena merasa haus, namun pas didepan kamar Daffin dan Abisha, ia malah mendengar itu lagi. Abisha menanggis, bahkan malam itu ia hanya tidur kurang lebih satu jam karena memikirkan masalah perjodohan.
Flashback off
"Kenapa Acha harus tau duluan? YaAllah, Acha bener-bener nggak mau. Tapi, Acha juga nggak bisa nolak permintaan Abi sama Umi. Engkau adalah dzat yang maha membolak balikan hati, tolong rubahlah keputusan, Abi." batin Acha. untung tidak ada siapa-siapa dimusola. Hanya ada beberapa orang, itu pun seorang pria.
Acha melirik jam tangan-nya."10 menit lagi." gumamnya. Acha menyandarkan tubuhnya dididing. Ia masih ingin berada disana. Karena menurut Acha, hatinya akan tenang jika ia berada didekat, Allah. Acha menutup matanya, berharap ia bisa lupa tentang perjodohan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
Teen FictionMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...