#25 Khawatir

44 5 0
                                    

Acha berserta yang lainnya sudah berada disekolah. Jam menunjukan pukul setengah 8 malam. Revan dan Sintia sudah pulang. Sedangkan Acha dan Claudia masih menunggu jemputan.

Disana hanya tinggal beberapa orang, ada pak Handika, Elvan, Pak Jodi, Zidan, Claudia dan Acha.

"Cha, gue duluan. Bokap gue udah jemput," pamit Claudia ketika melihat mobil ayahnya didepan gerbang.

"Iya, hati-hati!" balas Acha. Kini hatinya mulai resah. Mana disana hanya tinggal Acha yang wanita.

Claudia berpamitan terlebih dahulu kepada semua. Setelah itu, ia langsung pergi menuju tempat, dimana mobil ayahnya berhenti.

Acha melirik jam tangannya. Kenapa lama sekali?

Acha memutuskan untuk menunggu digerbang saja. Rasanya tidak enak menunggu disana.

"Pak, Acha pamit pulang duluan, ya," tutur acha tiba-tiba.

"Lo udah dijemput?" tanya Zidan.

Acha binggung mau menjawab apa. Takut nanti ia disuruh menunggu disana. Padahal Acha merasa canggung.

"Lo nebeng ama gue aja makanya! Gue sama Ayah gue, kok." ajak Zidan.

"Iya, cha, lagian rumah kamu nggak terlalu jauh dari kita. Atau kamu mau sama Elvan aja? Rumah kaliankan deket."

Acha dan Elvan sedikit kaget.

"Nggak usah, pak. Lagian, kata Abi tadi udah ada yang jemput, Acha,"

Lagian, Acha lebih memilih naik angkutan umum saja dari pada sama, Elvan. Bukan apa, menurut Acha, Elvan itu sangat dingin, galak lagi.

"Yaudah, Bapak juga nggak bisa maksa."

"Acha, pamit, ya ... assalamuallaikum. Zidan, Acha duluan." Acha sedikit menundukan kepalanya. Ia lalu langsung menuju gerbang.

"Yaudah, saya pamit juga kalo gitu." ucap pak Jodi.

"Iya."

Pak Jodi mengambil motornya yang ia parkirkan diparkiran khusus guru. Disana juga ada motor, Elvan.

"Yaudah, van,  yuk, pulang," ajak Pak Handika.

"Iya, pak." Elvan mengangguk.

"Kita duluan,"

Kepsek dan Zidan langsung memasuki mobil mereka yang tidak jauh dibelakang mereka. Elvan langsung berjalan kearah motornya dan berniat ingin langsung pulang.

Digerbang, Elvan masih melihat Acha menunggu. Entah siapa yang ia tunggu.

"Aqeella," Elvan berhenti didepan, Acha.

Acha menoleh,"Iya, pak." jawab Acha sedikit kaget. Kenapa gurunya berhenti?

"Kenapa belum pulang?"

"Nunggu jemputan." jawab Acha jujur. Sedari tadi ia sudah mengeluh karena terlalu lama menunggu.

Siapa sih yang nggak suka menununggu?

Kepastian aja kadang banyak ngeluh, apalagi ketidakpastian!

"Yaudah, kamu bareng saya aja," ajak Elvan.

Acha sedikit kaget. Sama, Elvan? Gurunya? Rasanya Acha akan berpikir seribu kali untuk ikut bersama, Elvan. Apalagi mereka bukan mahram.

Acha sedikit tersenyum,"Tidak usah pak, terima kasih." jawab acha sopan.

Elvan menatap Acha yang tak berhenti memandang kearah jalan pulang. Elvan tau, Acha sangat lelah dan ingin segera pulang.

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang