02 MasyaAllah

146 14 0
                                    


بِسْـمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Wahai diri,
Halumu terlalu tinggi,
Harusnya kamu sadar, bahwa kadang
realita tak seindah ekspetasi!

Mmh

🐚•••••••••••••••••••••• 🐚

Suasana riuh didalam kelas sangat'lah mengema hingga keluar ruangan. Semua sibuk dengan kegiatan-nya masing-masing. Bukan menjadi hal asing lagi bagi para guru tentang kelas tersebut. Kelas yang dijuluki kelas paling bermasalah diantara kelas angkatan-nya.

Kelas XII IPA 1, kelas yang bisa dikatakan buruk karena tingkah mereka yang sulit diatur. Apalagi dengan duduk-nya mereka dikelas 12, entah sudah berapa ulah yang mereka buat. Untung, kelas mereka dikenal dengan kepintaran anak murid-nya.

Sama seperti sekarang, kelas mereka seperti tempat konser yang sedang heboh-hebohnya. Tidak peduli kelas sebelah ingin belajar, intinya mereka bahagia dengan apa yang mereka kerjakan.

Kapan lagi menikmati masa sekolah seperti itu, pikir mereka.

"Kok, tiba-tiba kepala Acha pusing, ya." ucap Acha. Ia sudah tidak tahan melihat teman sekelasnya. Fiona yang mendengar itu tiba-tiba menarik napas kasar. Sebenar-nya Fiona juga sudah begitu risih dan pusing melihat tingkah teman kelasnya.

"Hey..., kalian bisa tenang dikit nggak, sih? Kelas sebelah mau belajar. Ngerti dikit napa, sih!"gerutu Fiona dengan suara lantang-nya.

Bukannya tenang, teman-nya malah semangkin menjadi-jadi. Udah kalo ketawa suara kaya raksasa, belum lagi yang mabar, bunyinya udah kaya pake pengeras suara. Kelas itu bisa disebut neraka dunia.

"Ais, lagian nggak ada apa guru yang gantiin buk Neni?" keluh Fiona.

Acha sedikit tersenyum melihat gadis yang ada dihadapannya sekarang. Gadis yang sudah menjadi teman Acha sedari kecil. Fiona.

Fiona merupakan anak dari Fitri dan Riki.

Fiona yang duduk menghadap kebelakang hanya bisa memandang teman sekelasnya dengan kesal.

"Emang buk Neni bener ambil cuti, ya?" tanya seorang pria yaitu Nathan. Nathan berjalan menghampiri Acha dan Fiona. Ia menarik sebuah kursi untuk duduk lebih dekat dengan, Acha.

"Ya iyalah, emang lo nggak liat perut buk Neni udah gede banget. Jalan aja biasanya kaya gimana gitu. Aduh, kenapa berat kali ni perut ...," sahut Gino sambil berjalan dengan gaya ibu-ibu hamil. Acha sedikit tersenyum. Sedangkan Fiona, ia hanya bisa menahan senyumnya. Inti-nya ia sekarang kesal.

"Kalian ngapain kesini?" ketus Fiona

"Biasa," jawab Gino dengan cengirannya. Dua pria itu memang sering menganggu, Acha dan Fiona.

"Lo juga, mantan osis tapi temen sekelas buat onar bukannya dinasehatin atau apa kek supaya tenang dikit nih kelas. Ini apaan, malah jadi ketua onar. Kaya pasar tau nggak ni kelas," Keluh Fiona pada Nathan.

"Cuman mantan'kan? Lagian kapan lagi kita kaya gini? Sebelum kita ninggalin nih sekolah, paling nggak kita buat kenangan-kenangan yang menariklah. Kaya kelas kita ini contohnya! Walaupun mendapat julukan kelas paling gaduh dan super heboh, tapi gue yakin, kelas kita yang bakal paling dikenang nanti setelah kita lulus dari sini." sahut Nathan.

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang