41. mAaf

54 5 1
                                    

"Umi lagi masak apa?" tanya Acha. Saat ini ia berada dirumah, Abisha. Ia baru saja turun dari kamarnya dulu.

"Ikan goreng. Rencananya Umi juga mau buat sup buat Abi. Kamu udah masak buat suami kamu?"

"Udah. Oya, Sekarang Acha mau pamit pulang dulu ya Umi. Takutnya nanti keduluan pak Elvan sampe kerumah."

"Iya."

"Pulang dulu, umi. Assalamualaikum." Acha menyalimi Abisha

"Waallaikumussalam."

Acha langsung pulang kerumahnya. Saat didepan, ia menatap sebuah mobil terparkir dihalaman rumah. Acha berjalan sambil menampilkan senyum ketika melihat seorang laki-laki paru baya yang juga ikut menatapnya.

"Permisi pak, Bapak mau cari siapa?" tanya Acha sopan.

"Apa gadis ini yang dimaksud Anita?" batin pria tersebut yang tak lain adalah Felix. Ia memandang Acha dari atas sampai kebawah.

"Kamu istrinya Elvan?"

"Iya," jawab Acha yang tak langsung menjawab. "Kalo boleh tau Bapak siapa, ya?"

"Saya papanya, Elvan." ucap Felix sedikit tersenyum.

Apakah itu pertanda baik? Atau malah sebaliknya?

Acha mendengar itupun sedikit kaget. Acha tersenyum gugup.

"Maaf, Acha bener-bener nggak tau. Kalau begitu masuk dulu, pa." Ucap Acha yang dengan ragu mengunakan kata 'Pa' diakhir kalimatnya.

Mereka berdua langsung masuk. Mereka duduk diruang tamu, namun Acha terlebih dahulu membuatkan Felix minuman.

"Ternyata rumah ini masih belum berubah,"batin Felix tersenyum haru.

"Pa, Acha boleh panggil Papa, kan?"

Felix tersenyum. Entah kenapa, ia begitu senang melihat Acha. Pantas saja Anita sering diam-diam untuk pergi kerumah, Elvan.

"Boleh,"

Acha tersenyum senang. Entah kenapa, Acha berpikir bahwa Felix tidak seperti apa yang Elvan katakan.

"Papa kesini sebenernya ingin bertemu, Elvan. Mungkin kamu sudah mendengar cerita dari istri saya tentang hubungan saya sama anak saya. Tapi, saya benar-benar tidak bermaksud untuk memusuhi anak saya. Sebagai orang tua, saya hanya ingin yang terbaik untuk anak saya," ucap Felix to do point.

Ia menarik napas pelan. "Tinggal Elvan satu-satunya anak yang saya punya sekarang dan Sekarang hubungan saya sama anak saya terasa sudah semangkin jauh. Hingga dia menikah saja, saya tidak tau,"

Acha menatap iba Felix. Acha melihat raut kesedihan Dimata Felix. Apakah dia menyesal?

"Pa, papa jangan ngomong kaya gitu. Pak Elvan pasti nggak bermaksud kok kaya gitu sama, Papa. Karena memang dulu pernikahan Acha sama pak Elvan bisa dibilang mendadak,"

"Tapi tetap saja. Istri saya saja datang bukan kepernikahan kamu dan Elvan." Felix menarik napas pelan,"Apakah Elvan akan memaafkan saya? Saya sekarang hanya ingin membuka lembaran baru bersama anak dan istri saya."

"Pak Elvan pasti maafin Papa. Tapi, sekarang pak Elvan lagi nggak ada dirumah. Tapi bentar lagi pak Elvan sampai kok. Jadi, sambil nunggu, Papa mau nggak sarapan dulu disini?"

Felix merasa terharu akan ajakan sang menantu. Padahal mereka baru saja bertemu, tapi Acha sudah seperhatian itu kepadanya.

"Apa kamu tidak keberatan?"

"Papa kan, papa Acha juga. Masa Acha keberatan makan bareng orang tua Acha sendiri."

Acha beranjak dan menuntun Felix untuk pergi ketempat makan. Acha melayani Felix dengan telaten.

Aqeelan [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang