Hari ini adalah hari yang ditunggu-ditunggu. Dimana kegiatan olimpiade akan dilaksanakan.
Acha beserta teman-teman dan gurunya sedang dalam perjalanan menuju SMA Angkasa yang berjarak kurang lebih 20 meter dari rumah kepsek.
Acha berjalan bersama, Zidan. Entah sejak kapan mereka mulai dekat. Sedangkan, Claudia, Sintia ada didepan mereka dan Revan berada disamping Zidan.
"See ...! O my god, rame banget," tutur Claudia. Mereka baru saja memasuki area sekolah SMA Angkasa. Terlihat sudah banyak Siswa maupun siswi olimpiade berkumpul disana.
"Lo liat deh, ganteng banget tuh!"tunjuknya pada salah satu pria yang sedang duduk dikursi halaman bersama temannya.
"Ingat, Zina mata," sahut Zidan.
Kedua wanita itu tidak menghiraukan perkataan, Zidan. Zidan dan Revan hanya mengeleng, sedangkan Acha sedikit tersenyum.
Tiba-tiba, kepsek dan guru lainnya berhenti, membuat mereka juga ikut terhenti. Guru yang menemani mereka hanya pak Jodi, Elvan dan Kepsek. Sedangkan yang lainnya sudah duluan.
"Okey, karena ruangan yang kalian tempati terpisah dan berbeda arah, jadi nanti buat yang Fisika ikut pak Jodi untuk pergi keruang olimpiadenya dan mengambil no bangku! Sedangkan Matematika ikut pak Elvan, ya!"
Mereka mengangguk tanda mengerti."Somoga kalian berhasil. Kalah dan menang dalam pertandinagn itu hal biasa. Jadi jangan terlalu memikirkan bagaimana supaya hasil dan usaha yang selama ini kalian lakukan itu bisa mendapatkan hasil yang wah dan sempurna, tapi lakukan semampu kalian, tenang dan masalah hasil, apapun nanti hasilnya ba6pak akan tetap bangga sama kalian," ucap kepsek tersenyum.
"Baik, pak,"
"Yaudah, semangat buat kalian. Good luck. Bapak mau kesana." tunjuk kepsek menunjuk kearah ruang guru.
"Siap, pak."
Kepsek langsung berlalu. Sedangkan yang lainnya menuju ruang masing-masing. Mereka sempat memberi semangat untuk teman-teman mereka.
Elvan, Acha dan Zidan sudah berada didepan ruang olimpiade. Acha dan Zidan duduk dikursi depan ruangan, sedangkan Elvan mengambil nomor bangku tempat duduk nanti.
"Cha, gue kesana dulu," pamit Zidan yang sudah bangkit dari duduknya.
"Kamu mau kemana?"
"Kesana,"jawabnya menoleh sambil tersenyum. Namun, ia sama sekali tak berhenti melangkah.
"Zidan tega banget, sih," Acha memperhatikan sekitarnya,"Acha memang suka sendiri, tapi sendiri dalam kesepian bukan keramaian."gumam Acha.
"Hemm...,"
Acha menaikan pandangannya. Seorang pria berdiri disampingnya. Tidak lupa ia tersenyum hangat menampilkan lesung pipi yang membuatnya terkesan manis.
"Biar gue temenin. Lo nggak suka sendirikan?" tanya pria yang entah siapa namanya. Tapi Acha ta6fi sempat melihatnya, dia adalah pria yang sempat membuat temannya ditegur, Zidan.
Acha hanya menampilkan wajah biasa saja. Ia diam dan tidak menaggapi pria yang ada didekatnya.
Elvan yang hendak menuju kesana seketika menghentikan langkahnya. Ia diam dan memilih untuk melihat apa yang akan dilakukan gadis itu.
"Boleh gue duduk?" tanya pria itu memecahkan keheningan karena sedari tadi tidak direspons.
Acha sedikit mengangguk. Lalu menfokuskan matanya kebuku yang sedari tadi ia pelajari bersama, Zidan.
Pria itu duduk yang dibatasi oleh satu kursi.
"Nama lo siapa? Gue Dion,"
"Acha." jawab Acha seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqeelan [END]✓
TienerfictieMerasa Bosan baca bagian awal itu biasa, coba baca minimal lima part, pasti ketagihan👍😁 Perjodohan dan keyakinan? Apa yang ada didalam pikiran kalian membaca tiga kata itu? __________________________________ "Jangan terlalu menanti sesuatu yang be...